Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Turun

Jum'at, 15 Mei 2015 - 21:15 WIB
Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Turun
Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Turun
A A A
JAKARTA - Defisit transaksi berjalan kuartal I/2015 menurun menjadi USD3,8 miliar atau setara Rp49,78 triliun dari kuartal IV/2014 sebesar USD5,7 miliar.

Defisit transaksi berjalan kuartal I sekitar 1,8% dari produk domestik bruto (PDB), sementara defisit transaksi berjalan kuartal IV/2014 sebesar 2,6%.

"Defisit tersebut juga lebih rendah dari defisit pada kuartal yang sama pada 2014 sebesar USD4,1 miliar (1,9% PDB)," kata Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Endy Dwi Tjahjono dia Gedung BI, Jakarta, Jumat (15/5/2015).

Dia melanjutkan, peningkatan kinerja transaksi berjalan terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan migas seiring dengan menyusutnya impor minyak karena harga minyak dunia yang lebih rendah dan turunnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebagai dampak positif dari reformasi subsidi yang ditempuh pemerintah.

"Di sisi nonmigas, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat lebih rendah akibat turunnya ekspor nonmigas (-8,0% yoy) seiring dengan dalamnya penurunan harga komoditas, meskipun impor nonmigas juga mencatat penurunan -3,7% (yoy) di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat," ujar dia.

Selain itu, perbaikan kinerja transaksi berjalan juga disumbang oleh berkurangnya defisit neraca jasa mengikuti turunnya impor barang, berkurangnya pengeluaran wisatawan nasional selama berkunjung ke luar negeri, dan turunnya neraca pendapatan primer seiring dengan pola musimannya.

Sementara Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Endy Dwi Tjahjono mengatakan, transaksi modal dan finansial pada kuartal I/2015 tercatat surplus. Surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal I/2015 mencapai USD5,9 miliar, terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung.

Pada investasi portofolio, lanjut dia, investor asing tercatat melakukan net jual atas surat berharga berdenominasi rupiah pada Maret 2015 akibat meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

"Namun secara akumulatif aliran masuk modal portofolio asing pada triwulan I 2015 mencapai USD8,4 miliar, jauh lebih besar dari inflow pada kuartal IV/2014 sebesar USD62 juta," kata dia.

Menurut dia, derasnya inflow pada kuartal I/2015 tersebut tidak hanya bersumber dari penerbitan surat berharga global oleh pemerintah, namun juga karena masih kuatnya pembelian investor asing terhadap surat berharga negara berdenominasi rupiah dan saham pada periode Januari-Februari 2015.

Namun demikian, kata Endy, surplus transaksi modal dan finansial kuartal I/2015 lebih rendah dibandingkan dengan surplus kuartal sebelumnya yang mencapai USD8,9 miliar terutama karena meningkatnya penempatan simpanan sektor swasta di luar negeri dan penarikan pinjaman luar negeri swasta yang lebih rendah.

Perbaikan transaksi berjalan dan surplus transaksi modal dan finansial menyebabkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I/2015 secara keseluruhan surplus. NPI kuartal I/2015 mencatat surplus sebesar USD1,3 miliar.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2015 tercatat sebesar USD111,6 miliar.

"Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6,6 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional," paparnya.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko peningkatan defisit transaksi berjalan seiring kenaikan impor menjelang Lebaran serta pola musiman pembayaran Utang luar negeri dan dividen.

Di samping itu, Bank Indonesia terus mencermati risiko eksternal dan domestik lainnya yang dapat mengganggu upaya untuk mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.

"Dalam jangka menengah-panjang, Bank Indonesia berkeyakinan kinerja NPI akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong percepatan reformasi struktural," jelasnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5175 seconds (0.1#10.140)