Perindo: Pertumbuhan Ekonomi Jauh dari Maksimal

Kamis, 28 Mei 2015 - 05:57 WIB
Perindo: Pertumbuhan Ekonomi Jauh dari Maksimal
Perindo: Pertumbuhan Ekonomi Jauh dari Maksimal
A A A
MATARAM - Partai Perindo menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh dari maksimal. Seharusnya Indonesia bisa tumbuh sebesar 8%-9%. Namun, pada kuartal I 2015 pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 4,7%.

“Pertumbuhan negara kita ini masih jauh dari maksimal,” kata Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT), dalam deklarasi dan pelantikan pengurus DPW dan DPD Partai Perindo, Rabu (27/5/2015).

HT mengatakan, sejatinya Indonesia masih bisa tumbuh lebih lagi. Sebab, negara ini memiliki berbagai potensi untuk menjadi negara maju. Mulai dari sumber daya alam, luas wilayah, keunggulan dua musim dan sumber daya manusia.

“Sumber daya manusia kita nomor empat terbesar di dunia. Dengan 250 juta penduduk, yang tumbuh lebih dari 1% setiap tahun. Usia rata-rata muda, harusnya bisa menjadi aset yang sangat hebat,” terangnya.

Namun, SDM tersebut belum maksimal. Saat ini malah menjadi kelemahan di Indonesia. Sebab, pendidikan di sebagian besar masyarakat masih rendah.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2015 tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia masih didominasi pendidikan SD ke bawah, yakni sebesar 54,61 juta orang atau 45,19%.

Tingkat menengah pertama 21,47 juta orang atau sebesar 17,77%. Menengah atas 19,81 juta orang, kejuruan 11,80 juta. Sedangkan yang berpendidikan diploma dan universitas masing-masing sebesar 3,14 juta dan 10,02 juta orang.

Menurut HT, keterampilan harus ditingkatkan sehingga produktivitas meningkat. Sehingga, kesejahteraan bisa meningkat.

Untuk peningkatan keterampilan, lanjutnya, dibutuhkan lebih dari seminar. Perlu ada pelatihan keterampilan khusus agar keahlian meningkat. Untuk peningkatan tersebut perlu campur tangan pemerintah.

Pengembangan Potensi


HT menuturkan, jumlah penduduk yang meningkat pesat juga berdampak pada kenaikan kebutuhan pangan. Sementara yang terjadi di Indonesia lahan pertanian kian tergerus, dan para petani beralih profesi.

“Saya pernah tanya ke salah satu petani, dia ibu sudah sangat tua. Namun tidak ada yang meneruskan mengelola sawahnya, melanjutkan profesinya karena anaknya lebih memilih bekerja di kota,” ungkapnya.

Selain peralihan profesi petani atas pilihan, pergantian profesi juga terjadi karena keterpaksaan. Sebab, banyak petani yang sejatinya hanya penggarap lahan. Ketika sang pemilik menjual sawah maka petani tersebut pun beralih profesi atau terpaksa menganggur.

“Masalah petani yang lain juga adalah masalah modal. Sering kali para petani ini terpaksa menjual hasil tanam mereka sebelum panen dengan harga murah untuk menambah modal dan kebutuhan sehari-hari mereka,” ujar HT.

Dia mengatakan, seharusnya Indonesia bisa mencontoh negara lain. Di mana petani diberi berbagai subsidi dan fasilitas untuk mengembangkan pertanian mereka. Termasuk ada bank khusus pertanian.

Begitu pun nelayan, UMKM juga mengalami permasalahan permodalan yang sulit. Kalau pun ada mahal.

Menurut HT, seharusnya masyarakat bawah tersebut didorong dengan bunga yang murah dan akses yang mudah. Sehingga, penggerak eknomi lebih banyak, pertumbuhan ekonomi merata dan pertumbuhan bisa lebih cepat.

“Indonesia ini bisa menjadi lebih baik kalau benar-benar ada yang serius memperhatikan masalah di negara kita. Tapi selama masalah ini tidak diperbaiki, maka bangsa kita tidak akan pernah bisa menjadi bangsa yang maju,” ujarnya.

Dia mengatakan,kenapa Indonesia harus menjadi negara maju? Dengan menjadi negara maju maka negara bisa memberikan manfaat kepada masyarakatnya. Mulai dari sekolah, kesehatan bahkan beli rumah bisa di subsidi, tentunya semua fasilitas tersebut bisa diberikan dengan kualitas yang baik.

”Kalau pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini bisa di maksimalkan, urutan ke-7 ekonomi dunia ini tidak perlu menunggu sampai 30 tahun. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun saja sudah bisa tercapai target kita,” tandas HT.

Kebanjiran Pertanyaan Mahasiswa

Pada hari yang sama, HT memberikan kuliah umum di Universitas Mataram. Usai menyimak materi bertema "Membangun Ekonomi Indonesia, Menghadapi Persaingan Ekonomi Global", ratusan mahasiswa berebut bertanya kepada HT.

Salah satunya terkait komitmen memberantas korupsi. “Seandainya Bapak jadi pemimpin, beranikah Bapak mengambil tindakan untuk memberantas korupsi?” tanya mahasiswa tersebut.
“Harus berani. Kita tidak mungkin bisa maju kalau mau melakukan sesuatu enggak berani,” kata HT dengan tegas.

Usai memberikan kuliah umum, pria yang juga pemilik MNC Group ini memberikan beasiswa untuk puluhan mahasiswa berprestasi di Universitas Mataram.

Selain itu, kunjungan HT ke NTB untuk membuka Liga Futsal Perindo NTB. Kompetisi yang diikuti 16 tim itu merupakan upaya mencari bibit unggul futsal. Liga Futsal Perindo NTB berlangsung selama dua hari di Mataram Futsal Center. Nantinya, sang jawara akan mewakili NTB di tingkat nasional yang rencananya bergulir Agustus mendatang.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4772 seconds (0.1#10.140)