Indonesia Masih Kekurangan Pengusaha

Senin, 06 Juli 2015 - 01:01 WIB
Indonesia Masih Kekurangan Pengusaha
Indonesia Masih Kekurangan Pengusaha
A A A
JOMBANG - Indonesia membutuhkan lebih banyak pengusaha untuk membangun perekonomian. Namun, saat ini jumlah pengusaha di Tanah Air sangat kurang. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasyim Ashari, Jombang, Jawa Timur.

Seperti diketahui, jumlah pengusaha Indonesia baru sekitar 1,6% dari jumlah penduduk sebesar 250 juta jiwa. Angka tersebut jauh tertinggal dibanding negara ASEAN lain. Sebagai gambaran Singapura sekitar 7%, Malaysia 5% dan Thailand sekitar 3%.

HT mengatakan, salah satu kontribusi pengusaha kepada negara adalah pajak. Tercatat sekitar 70% penerimaan negara berasal dari pajak. “Mayoritas dana pembangunan itu dari pajak,” ujarnya, Minggu (5/7/2015).

CEO MNC Group ini menuturkan bonus demografi dengan usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan tersedianya pekerjaan. Pengusaha membuka lapangan pekerjaan.

Di sisi lain, Indonesia masih tertinggal dalam bidang pendidikan. “Kita perlu ketahui saat ini baru sekitar 9% penduduk Indonesia yang memiliki latar belakang perguruan tinggi. Kita masih kurang dalam pendidikan,” ungkap pria asal Jawa Timur ini.

Dia melanjutkan, “Itu pun masih banyak yang menganggur. Apalagi yang pendidikannya di bawah perguruan tinggi”.

Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Di kawasan ASEAN, Indonesia berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN. Di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Singapura.

Laporan United Nations Development Programme (UNDP) pada 2014 menyebutkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia hanya 7,5 tahun. Capaian ini jauh di bawah sejumlah negara ASEAN. Rata-rata lama sekolah di Singapura 10,2 tahun; Malaysia 9,5 tahun; Filipina 8,9 tahun, dan Brunei Darussalam 8,7 tahun.

Alasan ketiga, lanjut HT, pengusaha di Indonesia memiliki potensi untuk berkembang. Sebab negara ini memiliki berbagai potensi yang luar biasa. Sumber daya alam melimpah, tanah subur, ada berbagai jenis mineral, dan jumlah SDM yang besar. Namun potensi tersebut belum dikelola dengan baik.

HT mengatakan, Indonesia apabila dikelola dengan baik bisa bertumbuh sekitar 9% per tahun. Bila pertumbuhan tersebut konsisten maka, dalam waktu sepuluh tahun Indonesia akan menjadi negara terbesar ke-5 di dunia dalam hal perekonomian, dengan PDB mencapai USD3 triliun.

“Menjadi pengusaha bukan hanya membantu bangsa dan negara memberikan lapangan kerja ataupun meningkatkan penerimaan pajak melainkan juga memberi hasil yang menjanjikan,” kata HT.

Silaturahmi Ramadan


Kuliah umum tersebut merupakan bagian dari rangkaian Safari Ramadan yang dilakukan oleh HT. Kota Santri, Jombang, Jawa Timur mengawali gelaran tersebut.

Sebelumnya, di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, HT bertemu dengan Nyai Farida Salahuddin Wahid, istri Salahuddin Wahid yang merupakan pengasuh Ponpes Tebuireng.

Dia menceritakan pengalaman dengan sahabatnya Gus Dur. Waktu istri saya hamil anak kami yang kelima, Gus Dur kasih saya sarung. Katanya biar lahirnya lancar," ungkap HT sembari tertawa, disambut gelak tawa pengurus Ponpes Tebuireng.

Sebelum Gus Dur menjadi presiden, lanjut HT, dirinya dan Gus Dur bekerja sama membangun bisnis. Salah satunya memproduksi jamu yang dilabeli 9 Bintang. "Produk jamunya dipasarkan di kalangan NU," kata HT.

Usai bernostalgia, HT berziarah ke makam Gus Dur yang berada di kawasan Ponpes Tebuireng. Dia juga menabur bunga di makam pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, ayah Gus Dur.

Dalam safari ini, HT juga bersilaturahim ke Ponpes Bayt Al Hikmah di Pasuruan, buka puasa bersama di Masjid Cheng Hoo, serta meninjau pameran UMKM dan batu akik di Jatim Expo.

Rencananya HT akan melanjutkan safari Ramadan di Jawa Tengah dan Jawa Barat pada pekan ini. Dia didampingi Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq, Ketua Bidang Organisasi Syafril Nasution, dan sejumlah pengurus DPP Partai Perindo lainnya.

Baca: RI Jadi Pasar, HT Bingung Pemerintah Setujui MEA
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4890 seconds (0.1#10.140)