USD Stabil, Rupiah Dibuka Mendatar

Senin, 27 Juli 2015 - 10:22 WIB
USD Stabil, Rupiah Dibuka Mendatar
USD Stabil, Rupiah Dibuka Mendatar
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini dibuka mendatar di tengah stabilnya USD terhadap mata uang lainnya.

Posisi rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas pada level Rp13.453/USD. Posisi tersebut stagnan dengan akhir pekan lalu.

Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg di level Rp13.443/USD, menguat tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp13.447/USD.

Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp13.447/USD. Posisi ini mendatar dengan posisi penutupan sebelumnya di Rp13.445/USD.

Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.453/USD, tak jauh berbeda dengan penutupan sebelumnya di Rp13.448/USD.

Sementara USD terhadap euro dan yen pada hari ini stabil setelah saham Amerika Serikat (AS) melemah dan imbal hasil obligasi redup, dengan pasar fokus pada pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang akan datang dapat mengangkat USD.

Euro sedikit berubah menjadi USD1,0972, setelah naik sekitar 1,4% pada pekan lalu. Euro telah kehilangan sebanyak 5% terhadap USD sejak pertengahan Juni di tengah kekhawatiran utang Yunani dan perbedaan kebijakan moneter antara AS dengan Eropa, tetapi koreksi teknis untuk reli USD memberi euro nafas pada pekan lalu.

USD menghadapi keadaan yang sama terhadap yen, setelah melonjak ke level tertinggi enam pekan pada awal pekan lalu di 124,48 ke level 123,62 dan berakhir di 123,78.

Kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman Marc Chandler memprediksi bahwa USD tampak rentan terhadap yen di tengah kewaspadaan terhadap peringatan koreksi yen lebih lanjut.

"Melemahnya saham AS dan penurunan imbal hasil obligasi dapat mendorong trader jangka pendek untuk mendorong pelemahan USD. Namun, menjelang pertemuan FOMC akan mendukung penguatan USD terhadap yen ke 122,90-123,10 dan dapat membatasi penjualan," tulisnya, seperti dilansir dari Reuters, Senin (27/7/2015).

Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Maret pada akhir pekan lalu, terkena hasil kinerja emiten yang suram dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global menyeret saham terkait komoditas.

Meningkatnya harapan bahwa bank sentral AS bisa mulai menaikan suku bunga pada awal September telah menjadi faktor kunci di balik kenaikan USD selama bulan lalu.

Dolar Australia berjuang dari posisinya yang mendekati level terendah enam tahun terhadap USD. Penurunan harga komoditas berimbas negatif terhadap dolar Australia karena lemahnya data manufaktur China sebagai mitra dagang utama Australia.

Dolar Australia berada tepat di atas koreksi terdalam pada akhir pekan lalu di 0,7260/USD, terendah sejak Mei 2009. Sementara dolar Selandia Baru bernasib sedikit lebih baik, berada pada level 0,6581/USD.

(Baca: Sepi Sentimen Positif, Rupiah Diprediksi Koreksi)
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6643 seconds (0.1#10.140)