Industri Ini Kena Imbas Paling Dalam Pelemahan Rupiah

Minggu, 30 Agustus 2015 - 09:01 WIB
Industri Ini Kena Imbas Paling Dalam Pelemahan Rupiah
Industri Ini Kena Imbas Paling Dalam Pelemahan Rupiah
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terpuruk hingga menyentuh level di atas Rp14.000 per USD membuat pelaku industri ketar-ketir. Mereka khawatir pelemahan rupiah menganggu proses produksi yang bisa membuat perusahaan kolaps.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengungkapkan, pelemahan nilai tukar mata uang Garuda ini membuat pelaku usaha yang masih mengandalkan bahan baku impor terkena imbas paling dalam. Situasi ini pada akhirnya menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku usaha.

"Ya, memang terus terang saja dalam kondisi seperti ini, dengan nilai tukar rupiah yang terus melemah terjadi ketidakpastian terhadap dunia usaha. Terutama kita lihat sektor industri kita yang memang bahan bakunya sangat tergantung dengan impor," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta.

Dia menyebutkan, industri seperti automotif, plastik, logam, farmasi, dan elektronik menjadi industri yang terkena pukulan paling telak atas ambruknya nilai tukar rupiah terhadap USD. Bahkan, industri rumahan yang berbahan baku kedelai, seperti tahu tempe turut merasakan imbas dari pelemahan tersebut.

"Karena tadinya mereka bisa membeli kedelai dengan harga Rp6.000 sekarang sudah merangkak ke Rp8.000. Ke depan ini kita harus mengerti ukuran tempe dan tahu semakin mengecil. Ini kekhawatiran yang terjadi di kalangan dunia usaha," terang Sarman.

Menurutnya, kerugian yang dialami industri-industri tersebut tidak bisa diimbangi kenaikan harga produk. Sebab, daya beli masyarakat yang saat ini sedang turun akan membuat produk mereka justru tidak laku di pasaran.

Akhirnya, mereka harus menanggung kerugian berlipat lantaran ongkos produksi naik namun harga produk tidak bisa ikut dikerek.

"Paling seperti pengusaha tahu tempe, yang paling bisa diakalin ya ukuran tahu tempenya diperkecil. Tapi kalau komponen (automotif) kan enggak boleh. Ukuran baut mobil enggak mungkin dikurangi kan. Nanti enggak masuk dia bautnya," tandasnya.

Seperti diketahui, pada penutupan perdagangan sore kemarin nilai tukar rupiah terhadap USD masih bertengger di level Rp14.000 per USD. Kendati posisi tersebut sedikit membaik dibanding penutupan perdagangan sebelumnya.

Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI akhir pekan berada pada level Rp14.011 per USD, menguat 117 poin dari posisi sebelumnya di level Rp14.128 per USD.

Baca juga
:

Indef: Sebelum Rupiah Melorot UMKM Sudah Terkapar

Indef: Tidak Ada Dewa Penyelamat seperti Krisis 1998

RI Alami Siklus Gejolak Ekonomi Setiap 7 Tahun
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.6042 seconds (0.1#10.140)