Optimistis Bisnis Properti Membaik

Jum'at, 04 September 2015 - 15:50 WIB
Optimistis Bisnis Properti Membaik
Optimistis Bisnis Properti Membaik
A A A
KENDATI pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini melambat, Sinar Mas Land meyakini kondisi itu tidak akan berlangsung lama. Sebagai mana siklus bisnis, naik turunnya perekonomian dianggap sebagai hal yang biasa sehingga optimisme tetap harus dibangun.

Sebagai salah satu pelaku usaha di bisnis properti, Sinar Mas Land dikenal dengan proyek-proyek perumahan terintegrasi. Konsep tata kota yang dirancang kelompok bisnis Sinar Mas itu pun mendapat sambutan konsumen. Guna mengetahui lebih jauh sepak terjang Sinar Mas Land dalam industri properti Tanah Air, berikut petikan wawancara dengan CEO-Strategic Development & Services Sinar Mas Land Ishak Chandra di Jakarta, baru-baru ini.

Secara umum, bagaimana perkembangan bisnis properti dari tahun ke tahun?

Saya percaya dengan bisnis properti, sebab saya adalah pemain di bidang ini sudah lama. Jadi, saya tahu kapan properti ini turun, kapan naiknya. Dari 1998-1999 harga turun. Di luar itu, properti sudah tak pernah turun. Pertumbuhannya naik terus. Saat ini properti enggak mungkin turun. Yang turun ialah growth-nya. Jadi kalau ada orang bilang properti lagi turun, saya bilang tidak.

Properti enggak mungkin turun, harganya pun enggak mungkin turun. Sekali lagi yang turun hanyalah growth-nya. Pertumbuhan tetap ada tetapi melandai. Kenapa harga properti tidak pernah turun? Karena satu alasan, saya selalu katakan bahwa properti adalah satu-satunya kebutuhan primer yang bisa dijadikan sarana investasi.

Kebutuhan primer apa saja, sandang, pangan, papan. Nah papan apa, ya properti. Sekarang, kalau Anda investasi, pilih di mana selain di deposito. Alternatifnya paling baik ada di properti. Maka itu, sampai kapan pun properti enggak akan bakal turun. Kalau turun, pasti akan naik lagi. Dan harus diingat, properti sebagaimana semua industri mana pun, punya siklus.

Bukankah secara umum ekonomi memang melambat?


Sejak pertengahan 2013, banyak orang mengatakan bahwa pada 2014 adalah posisi wacth out atau waspada. Mengapa ini terjadi? Karena di 2014, properti dalam siklus turun, dan memang siklusnya turun seperti pertumbuhan ekonomi dan sebagainya, kemudian karena ada pemilihan presiden. Biasanya, setiap kali pemilu pertumbuhannya turun 30-40%. Ditambah adanya kebijakan loan to value (LTV), terus pajak barang mewah yang ditetapkan.

Apa yang harus dilakukan konsumen, jika kondisinya berada pada siklus menurun seperti ini?

Ikuti saja siklusnya. Enggak mungkin suatu industri itu naik terus atau turun terus, ada pagi ada malam kan? Dengan pertumbuhan ekonomi yang seperti ini dan nilai tukar yang tinggi, saya kira paling cepat 2016 membaik, paling lama 2017. Jadi, pemilik uang cash yang banyak, barangkali dia adalah raja saat ini kalau membeli properti sejak sekarang.

Anda sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di dunia properti. Bisa cerita?


Saya telah bergelut dalam dunia properti sejak 1992. Saat ini saya fokus lebih banyak pada berbagai sektor properti di bawah Sinar Mas Land, seperti properti industrial, komersial, retail dan banyak lagi. Saya bergerak di MICE (meeting, incentives, conferences, and exhibitions ) juga tapi fokusnya ke properti komersial.

Pengalaman lebih banyak di mana?

Saya punya pengalaman lebih banyak di komersial. Tapi, kalau di Sinar Mas Land, proyek yang saya tangani ialah proyek-proyek yang bersifat strategic development. Jadi, berkaitan dengan pengembangan-pengembangan yang strategis. Ketika saya bergabung di Sinar Mas Land, portofolio untuk proyek pengembangan strategis Sinar Mas juga baru berkembang.

Pengembangan-pengembangan strategis apa saja yang dilakukan Sinar Mas Land?


Kita bicara project dulu. Ini berkaitan dengan portofolio Sinar Mas Land. Berdasarkan portofolionya, Sinar Mas Land, selain di Indonesia juga ada di Singapura, Malaysia dan China. Di Indonesia kita lebih kuat di wilayah Jabodetabek atau di Kawasan Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, ada juga di Semarang, Surabaya, Medan dan Balikpapan. Yang lain masih berupa land bank, seperti Makassar, Manado, Batam, Bali dan Lombok.

Di mana kekuatan Sinar Mas Land dibandingkan dengan pemain lain?


Kami kuat pada pembangunan perkotaan. Kita membangun kota dengan lahan paling kecil antara 500-700 hektare (ha). Kalau residensial kan cuma butuh lahan 50 ha. Tapi, Sinar Mas Land pengembangannya di atas 50 ha. Saat ini, Sinar Mas land memiliki pengembangan empat kota.

Kota pertama, BSD City (Tangerang) yang masih terus berkembang, kota kedua Grand Wisata (Bekasi). Kita juga ada Kota Wisata (Cibubur-Kota). Yang lain lagi ada di Cikarang dengan Kota Delta Mas. Selain itu, Sinar Mas Land juga terkenal karena kita yang memelopori pusat perbelanjaan ITC. Semua ITC itu punya Sinar Mas Land. Itu masuk ke ritel yang dijual.

Apa target yang ingin dicapai Sinar Mas Land selanjutnya?


Kalau kita bicara Sinar Mas Land itu sendiri, kita bicara bukan sebuah perusahaan saja, melainkan brand induk yang membawahi tiga perusahaan terdaftar di bursa saham, yakni BSD City, Duta Pertiwi (ITC Perumahan), dan Pura Delta (Cikarang). Nah, Sinar Mas itu adalah suatu brand saja. Bukan perusahaan atau PT.

PT-nya ada di Singapura. Nama holding -nya Sinar Mas Land Limited. Kita pun perusahaan terbuka di Singapura, kalau kita bicara Sinar Mas Land saya enggak tahu apakah bisa dibilang yang terbesar. Tapi, bisa dilihat sendiri, land bank kita yang terbesar.

Target Sinar Mas Land bukan menjadi yang terbesar, namun bagaimana Sinar Mas Land bisa menjadi the leading development in Southeast Asia sebagaimana menjadi visi Sinar Mas Land. Sehingga, kalau bicara kompetitor, bukan perusahaan lokal atau di dalam negeri. Tapi bisa dikatakan sejajar dengan Ayala Land (Filipina) atau sekelas Capitaland (Singapura).

>> SISI LAIN

Belanjar dari Ibu yang Selalu Memberi Inspirasi


SEBELUM sukses di dunia properti, tak banyak yang tahu, Ishak Chandra memulai semua kariernya dari nol. Dilahirkan sebagai anak satu-satunya, Ishak Chandra pada usia empat tahun dibawa ibunya dari Surabaya ke Kota Jakarta.

Ibunya menjadi panutan dari sejak dahulu hingga sekarang, sebab banting tulang seorang ibu demi memenuhi kebutuhan sekolah dilakukan dengan bekerja sebagai pelayan. "Ibu saya seorang waitress lho di resto. Tapi dari situ, saya belajar dari ibu saya bahwa dia satu-satunya orang yang paling bersyukur, masih bisa memberi di saat kekurangan. Ibu saya itu, hampir tak pernah mengeluh. Dengan segala kekurangannya, berusaha membuat saya tumbuh,” tuturnya.

Ibunda Ishak wafat ketika usianya masih menginjak 18 tahun. Kala itu, pria asal Jawa Timur ini mulai menempuh bangku kuliah di Fakultas Hukum jurusan Hukum Bisnis, Universitas Indonesia (UI). "Saya kalau tak masuk di UI, tidak bakalan kuliah. Tabungan saya tak cukup barangkali. Saya sampai harus menabung dua minggu hanya untuk bisa makan bakmi,” ungkapnya.

Nasib baik terus melingkupi dunia Ishak ketika usianya menginjak 23 tahun. Saat itu penyuka bakmi tersebut diterima kerja di PT Astra. Bahkan bisa dibilang telah menduduki jabatan manajer paling muda untuk seusianya. ”Saya sudah punya jabatan, saya menabung, punya sopir sendiri setahun kemudian. Hingga akhirnya saya ke Amerika melanjutkan sekolah dari biaya tabungan sambil bekerja,” ujarnya.

Namun, karena keasyikan kerja, dia melupakan kuliahnya. Hingga suatu malam Ishak bermimpi mengingat kata-kata ibunya. ”Saya sudah punya uang, saya punya kerja, tapi sekolah saya tidak kelar. Tahun 1995, saya bermimpi ibu saya, dia bilang: Kamu dulu mau sekolah tapi tidak punya uang. Sekarang kamu sudah punya uang tapi tidak mau sekolah. Akhirnya, sekolah saya selesaikan dengan menjual rumah yang saya beli dari hasil kerja saya,” kenangnya.

Pria yang punya hobi jalan-jalan ini mensyukuri dengan segala hal yang telah dimiliki. Selalu belajar dari pergaulan dan tak mudah menghakimi seseorang, menjadi prinsip hidupnya. "Saya simpel orangnya. Selalu bersyukur, itu saja,” ujar Ishak.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4443 seconds (0.1#10.140)