Aneh! Utang Tiga Bank BUMN ke China Diklaim Dongkrak Rupiah

Senin, 12 Oktober 2015 - 19:59 WIB
Aneh! Utang Tiga Bank BUMN ke China Diklaim Dongkrak Rupiah
Aneh! Utang Tiga Bank BUMN ke China Diklaim Dongkrak Rupiah
A A A
JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mardiasmo mengklaim utang tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada Bank Pembangunan China (China Development Bank/CBD) ikut membantu penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

Seperti diketahui, tiga bank pelat merah, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), dan PT Bank Mandiri Tbk mendapat utang masing-masing sebesar USD1 miliar atau sekitar Rp14,7 triliun dari Bank Pembangunan China (China Development Bank/CBD).

"Ya, saya kira itu berpengaruh (utang tiga bank BUMN ke China). Termasuk isu mengenai right issue Sampoerna," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (12/10/2015).

Dia melanjutkan yang lebih memberikan dampak terhadap penguatan rupiah adalah efektivitas paket kebijakan ekonomi jilid I, II, dan III yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Baca: Menguji Keperkasaan Rupiah)

"Salah satu penyebabnya adalah efektivitas paket ekonomi pertama dan kedua yang sudah berjalan, dan yang ketiga itu betul-betul implementatif dan jangka pendek. Sehingga para pengusaha itu juga merasa ini betul-betul yang mereka perlukan," terangnya.

Menurut Mardiasmo, fundamental ekonomi yang kuat dapat menjadi tiang agar nilai tukar mata uang terus perkasa. "Yang penting fundamental ekonomi kan kuat, hanya trust saja kan. Ini kan sudah mulai ada kepercayaan dari para pebisnis dan masyarakat luas," tandasnya.

Senada dengan Mardiasmo, Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution mengklaim suntikan utang segar dari China untuk tiga perbankan pelat merah tersebut mampu mendongkrak nilai tukar rupiah.

"Ya ada lah (pengaruh utang tiga bank BUMN). Ini (pengaruh) gabungan dari macam-macam," ucap Darmin. (Baca: Bank Dikuasai Asing, Pemerintah Harus Belajar dari Krisis 1998)

Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, tiga bank BUMN yang baru-baru ini dapat suntikan utang dari China menciptakan spekulasi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar USD.

Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengungkapkan, terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap USD yang hampir menyentuh Rp14.700/USD, salah satunya disebabkan oleh ketidakpastian tindakan pemerintah, yakni terkait utang yang diperoleh tiga bank pelat merah tersebut.

"Ketidakpastian ini dipicu oleh berbagai tindakan pemerintah, yang misalnya pemerintah memutuskan untuk bank BUMN utang kepada China sebesar Rp50 triliun. Yang menjadi pertanyaan, pemerintah tidak pernah klarifikasi untuk apa utang itu," katanya, Kamis (24/9/2015).

Menurut dia, tujuan pinjaman yang hampir sekitar Rp50 triliun tersebut tidak jelas peruntukannya. Pemerintah hanya mengatakan bahwa utang tersebut untuk pengembangan infrastruktur serta hilirisasi industri BUMN nasional. "Sebenarnya itu untuk apa juga tidak pernah clear disampaikan. Itu menimbulkan spekulasi dan perkiraan-perkiraan," imbuhnya.

Enny mengatakan, pasar jadi berspekulasi bahwa utang untuk bank BUMN tersebut ada hubungannya dengan stress test yang dilakukan OJK terhadap perbankan di Indonesia. Sebab dalam stress test tersebut dikatakan bahwa jika rupiah menyentuh Rp15.000/USD maka akan ada lima bank nasional yang terhantam.

"Orang kan jadi mengaitkan. Berarti kalau bank saja sudah panik begitu maka bisa jadi rupiah memang bisa tembus di level itu. Memicu orang berspkeulasi terhadap USD," pungkasnya.

Baca juga:

Bank RI Bisa Masuk Malaysia Tanpa Akuisisi Bank Lokal

Tiga Bank BUMN Dapat Utang dari Bank Pembangunan China

Ini Penjelasan Rini soal Utang 3 Bank BUMN dari China
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2948 seconds (0.1#10.140)