If You Die Poor, It Is Your Fault

Selasa, 20 Oktober 2015 - 07:38 WIB
If You Die Poor, It Is Your Fault
If You Die Poor, It Is Your Fault
A A A
AMINAH Cendrakasih. Ia adalah artis Indonesia yang paling sering nampang di layar bioskop dan TV di era 1950-an hingga 1980-an. Ia sudah membintangi lebih dari 80 film dan sinetron.

Mungkin Anda masih ingat perannya sebagai Emak dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Sayangnya, di usia senja Aminah mengalami kesulitan ekonomi. Bahkan kala sakit menderanya hingga lumpuh dan buta, ia kesulitan membayar biaya pengobatan.

Antoine Walker. Seorang pemain basket profesional di AS. Selama 11 tahun menjadi bintang di Liga NBA, ia mendulang duit hingga Rp1,3 triliun. Namun baru beberapa tahun pensiun sebagai pemain, ia dinyatakan bangkrut dengan meninggalkan banyak utang. Apa yang salah? Ternyata Antoine Walker sangat boros. Uangnya habis untuk membeli barang konsumtif, berjudi dan berpesta pora.

Banyak kisah yang mirip dengan nasib emak-nya si Doel atau Antoine Walker. Saat rezeki lancar, mereka kurang bijak dalam mengelola duit. Mereka inginnya ”muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” Mereka lupa bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Kemasyhuran bisa hilang.

Kekayaan bisa menguap dengan amat cepat. Jabatan di perusahaan bisa hilang atau berakhir. Mereka lupa bahwa hidup ini adalah sebuah siklus. Lahir, balita, remaja, dewasa, tua dan mati. Mereka lupa untuk berinvestasi dengan baik. Mengapa harus berinvestasi? Karena di masa mendatang kita pasti membutuhkan uang.

Yang tidak pasti adalah apakah di masa mendatang kita masih bisa berpenghasilan untuk tetap eksis. Mungkin sebagian orang pernah berandai-andai. Misalnya, andaikan nama belakang mereka adalah Gates, Buffett, Trump, Salim, Bakrie, Hartono, Wijaya, Halim, dan sederet nama keluarga tajir lainnya.

Maka, kita tidak perlu bekerja karena bakal mendapat warisan yang cukup untuk hidup sekian turunan. Namun, mereka tidak bisa memilih untuk menjadi anak siapa. Dan, ini bukan kesalahan bahwa mereka dilahirkan miskin.

Seperti kata bijak dari Bill Gates, ”If you are born poor, it is not your fault. But, if you die poor, it is your fault.” Kita tidak bisa memilih awal petualangan hidup kita, namun setidaknya kita bisa menentukan isi dan ending-nya. Kadang binatang bisa lebih bijaksana daripada manusia. Ambil contoh beruang es. Bagaimana beruang es bisa bertahan menghadapi cuaca ekstrem di kutub utara? Ia sengaja makan sebanyak-banyaknya saat musim panas.

Setiap hari ia bekerja keras menangkap ikan salmon yang kaya gizi dan lemak. Tubuhnya ia timbuni lemak sebanyak-banyaknya. Selama musim dingin, beruang es hanya tidur-tiduran karena tidak ada makanan yang bisa didapat. Semua danau dan sungai membeku.

Lemak di tubuhnya itulah yang membuat ia bisa bertahan hingga musim panas berikutnya. Sejak kecil beruang es telah diajari untuk bisa survive, yakni sadar untuk menimbun lemak dan membangun keterampilan menangkap ikan salmon. Manusia juga mengalami ”musim panas” yang panjang, yakni saat berusia 18 hingga 56 tahun. Usia produktif untuk bekerja keras mengumpulkan ”lemak”.

Selewat 56 tahun, pada umumnya manusia mulai memasuki ”musim dingin.” Tubuh mulai merasakan proses degenerasi. Sakit penyakit mulai bermunculan, dan celakanya sakit itu mahal. Jika tidak memiliki asuransi kesehatan, biaya untuk berobat bisa membunuh lebih cepat daripada penyakitnya.

Asuransi kesehatan pun pada umumnya ada batas usianya, hingga 65 tahun. Di ”musim dingin” kita mulai kehilangan penghasilan dari bekerja. Oleh karena itu, hidup sebaiknya direncanakan dengan rapi, walau ada ungkapan ”hidup mengalir sajalah seperti air.”

Dan, yang paling penting untuk direncanakan adalah masalah keuangan. Intinya kita harus bisa mengestimasi kebutuhan di masa mendatang dan berapa jumlah dana yang harus diinvestasikan saat ini dan secara berkala. Jumlah dana yang harus diinvestasikan juga tergantung berapa besar imbal hasil investasi.

Semakin besar imbal hasil investasi, semakin sedikit jumlah dana yang harus diinvestasi. Misalnya, untuk memiliki dana sebesar Rp1 miliar sepuluh tahun mendatang, berapa uang yang harus diinvestasikan hari ini? Tergantung pada pilihan investasinya. Jika memilih deposito bank dengan bunga 8% per tahun, kita perlu dana Rp460 juta.

Jika berinvestasi pada properti yang menawarkan imbal hasil 15% setahun, kita membutuhkan Rp250 juta hari ini. Namun jika kita bisa berbisnis, atau berinvestasi pada saham yang memberikan keuntungan 25% setahun, kita hanya butuh Rp110 juta. Kata investasi mudah diucapkan, namun sulit dijalankan.

Uang yang kita miliki sekarang selalu menggoda untuk segera dibelanjakan. Gadget terbaru atau beli obligasi? Wisata ke Eropa atau beli saham? Mobil mewah atau beli properti? Investasi, seperti kita belajar bermain bulutangkis atau musik, harus terus dilatih. Semakin disiplin dalam belajar dan berlatih, semakin cepat mahir. Beruang es yang sadar dan terampil berinvestasi lemak, semoga memberi kita inspirasi.

Lukas Setia Atmaja
Financial Expert - Prasetiya Mulya Business School
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0293 seconds (0.1#10.140)