BBM Turun Tidak Dibarengi Harga Barang

Sabtu, 23 Januari 2016 - 08:49 WIB
BBM Turun Tidak Dibarengi...
BBM Turun Tidak Dibarengi Harga Barang
A A A
JAKARTA - Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak dibarengi turunnya harga-harga barang kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mengendalikan harga.

Wakil Ketua Distribusi Barang dan Logistik dari Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Kyatmaja Lookman mengatakan, tidak turunnya harga barang-barang kebutuhan pokok menunjukkan bahwa pemerintah masih belum berhasil mengontrol harga barang di pasaran. (Baca: Rincian Harga BBM dan Elpiji Terbaru)

"Saya ingin bilang bahwa kalau harga BBM turun, belum tentu harga-harga barang ikut turun. Sementara sektor transportasi logistik juga jangan dilihat sebagai penentu, bahwa ketika harga BBM turun kemudian diikuti turunnya harga pengiriman logistik, maka tidak serta merta diikuti turunya harga barang di pasaran," ujarnya, di Jakarta, Jumat (22/1/2016).

Sebagai pengusaha yang bergerak di sektor angkutan barang, Kyatmaja menjelaskan banyak faktor yang menyebabkan ketika harga BBM turun tidak diikuti dengan turunnya harga barang di pasaran. Salah satunya ialah pertumbuhan ekonomi yang belum merata di semua daerah. Misalnya, mengirim barang dari Jakarta atau Pulau Jawa ke Wilayah Timur Indonesia.

Di satu sisi pengiriman tersebut lumrah atau menguntungkan, namun tak jarang pengiriman barang dari wilayah sebaliknya (wilayah Timur ke Pulau Jawa) pengiriman barang sedikit, atau bahkan tak ada sama sekali.

Dia menegaskan bahwa sektor logistik bukan merupakan salah satu aspek yang menentukan turunnya harga barang di pasaran. Alasannya, kata dia, permasalahan sektor logistik harus dilihat pada mata rantai pengiriman barang.

"Tidak selalu ada barang yang bisa dikirim dari wilayah Timur ke Wilayah Pulau Jawa. Kalau toh ada, barangnya sedikit, otomatis harga pengirimannnya juga tak sama. Masalah-masalah seperti ini yang harus diperhatikan, dengan kata lain pertumbuhan kita belum merata. Hal-hal seperti ini yang saya maksud bahwa ketika harga BBM turun kemudian diikuti turunnya harga logistik, belum berpengaruh langsung terhadap harga barang," terangnya.

Faktor lain yang ikut mempengaruhi ialah upah minimum yang cenderung naik setiap tahun. Menurut Kyatmaja, jika upah semakin tinggi namun tak diikuti dengan kontrol terhadap harga barang, tetap tidak akan memberikan solusi.

"Saya ambil contoh penghasilan orang India itu rata-rata tiga kali lebih kecil dibanding penghasilan orang Indonesia. Akan tetapi harga barang di sana (India) juga jauh lebih murah. Lain halnya dengan masyarakat kita, kenaikan upah selalu saja dibarengi dengan kenaikan biaya biaya atau harga barang," ujarnya.

Dia menjelaskan, komponen BBM memberikan presentase 30% hingga 40% dari komponen angkutan. Komponen terbesar kedua ada pada manpower dengan presentase 20% hingga 25%. Jika UMK terus naik diikuti dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok maka pemerintah sama saja gagal dalam mengontrol harga barang.

Di sisi lain, selama ini, PT Pertamina belum pernah menurunkan harga-harga produk pelumas ketika harga minyak dunia turun. Padahal, produk pelumas juga memainkan peranan di sektor logistik dari sisi maintenance.

"Di tengah penurunan BBM ini saya heran sekali karena Pertamina khususnya produk pelumas oli harganya tidak bergeming sama sekali. Bahkan cenderung naik dibandingkan saat harga minyak dunia USD100. Sparepart seperti ban juga tidak pernah turun. Padahal untuk memproduksi BAN diperlukan 4 liter minyak," tandasnya.

Baca juga:
WNA Singapura dan China Ikut Tes Seleksi Pegawai BEI
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1046 seconds (0.1#10.140)