Bangun Pipa 956 km, Pertamina Tak Mau RI Krisis BBM

Minggu, 13 Maret 2016 - 11:42 WIB
Bangun Pipa 956 km, Pertamina Tak Mau RI Krisis BBM
Bangun Pipa 956 km, Pertamina Tak Mau RI Krisis BBM
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) saat ini telah melakukan finalisasi Front End Engineering Design (FEED) proyek pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM) di Pulau Jawa periode 2016-2019 sepanjang 956 kilometer (km). Hal ini dilakukan guna menghindari Indonesia krisis BBM lantaran tidak memiliki cadangan BBM nasional.

Pada tahap awal, Pertamina akan membangun pipa sepanjang 401 km, yakni Lomanis-Rewulu sepanjang 180 km, Lomanis-Tasikmalaya 128 km, dan Cikampek-Plumpang II sepanjang 93 km.

"Saat ini FEED dalam proses penyelesaian. Diharapkan akhir tahun ini konstruksi sudah bisa dimulai," ujar Vice President Technical Services Direktorat Pemasaran Pertamina Sofyan Yusuf, dalam siaran pers di Jakarta kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (13/3/2016).

Dia menuturkan, nilai investasi dari pembangunan pipa BBM pada tiga jalur tersebut masih dalam perhitungan. Lahan untuk jalur pipa direncanakan akan menggunakan lahan eksisting Cirebon-Bandung dan Cilacap-Yogyakarta, selain memanfaatkan lahan di sisi jalur kereta api. Pipa yang dibangun nantinya mengalirkan BBM jenis premium, diesel, pertalite, dan pertamax.

"Jalur pipa nantinya multipurpose. Kami juga akan memprioritaskan local content sepanjang material tersedia di dalam negeri dan harganya cukup kompetitif," imbuh dia.

Pertamina berencana menambah jaringan pipa untuk menyalurkan BBM saat ini yang panjangnya mencapai 1.283 km. Total kebutuhan pengembangan pipa di seluruh Jawa mencapai 2.239 km.

Selain untuk mendukung pipa yang sudah ada, penambahan jaringan pipa ini untuk mengantisipasi risiko pendistribusian BBM ke pelosok daerah. Risiko menggunakan truk untuk mendistribusikan BBM lebih besar karena masalah kemacetan di jalan raya dan potensi bahaya kebakaran.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menambahkan, penambahan jaringan pipa itu merupakan bagian dari rencana jangka panjang perseroan untuk meningkatkan cadangan BBM nasional. Apalagi, hingga saat ini Indonesia belum memiliki cadangan penyangga energi nasional.

Saat ini, sambung mantan presenter berita ini, BUMN migas ini hanya memiliki cadangan operasional selama 22 hari untuk BBM dan 12 hari untuk liquified petroleum gas (LPG). "Tanpa cadangan penyangga, ketahanan energi Indonesia bisa terancam," tandasnya. (lly)
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0734 seconds (0.1#10.140)