Asita: Kembalikan Malioboro ke Aslinya

Sabtu, 16 April 2016 - 14:25 WIB
Asita: Kembalikan Malioboro ke Aslinya
Asita: Kembalikan Malioboro ke Aslinya
A A A
YOGYAKARTA - Association Of Indonesian Tours And Travel Agency (Asita) Yogyakarta meminta pemerintah daerah mengembalikan Malioboro seperti awal dibangun. Asita menginginkan Malioboro kembali menjadi kawasan murni pedestrian yang cocok untuk lokasi wisata dengan mengembalikan ruhnya sebagai tempat yang tenang, nyaman untuk jalan kaki tanpa terganggu polusi kendaraan.

Ketua Asita Yogyakarta, Udhi Sudhiyono berharap Malioboro benar-benar menjadi kawasan pedestrian murni tanpa ada kendaraan bermotor yang masuk, sehingga nyaman untuk berwisata bagi semua orang.

“Kalau bisa ruhnya Malioboro yang tenang, tanpa asap kendaraan dan tempat kuliner nyaman bisa tercipta kembali,” tuturnya, Jumat (15/4/2016).

Pihaknya mendukung penuh rencana pemerintah menata kawasan parkir dan pedagang kaki lima (PKL). Hanya saja, ia tetap meminta pemerintah menciptakan kawasan Malioboro yang humanis, dalam artian tetap memberi kesempatan kepada masyarakat yang saat ini menggantungkan hidupnya dari Malioboro.

Karena menurut Udhi, bagi wisatawan lokal dan Asia, Malioboro masih menjadi ikon di Yogyakarta. Malioboro masih dipandang unik karena menyajikan sesuatu yang berbeda dibanding lokasi wisata sejenis yang ada di kota-kota lain di Indonesia.

Di Malioboro, lanjutnya, wisatawan masih bisa menemukan kombinasi golongan ekonomi menengah atas dengan kalangan Usaha Kecil Mikro (UKM). Hanya di Malioborolah terdapat suasana pertokoan modern berdampingan dengan PKL menjajakan berbagai cindera mata dengan harga yang terjangkau dibanding daerah lain.

“Uniknya, kalau malam hari berubah menjadi wisata kuliner karena banyak lesehan-lesehan tersebar. Dan ini tidak ditemukan di wilayah lain,” tambahnya.

Dengan mengembalikan kawasan Malioboro sebagai kawasan pedestrian murni, pihaknya tetap meminta kepada pemerintah untuk memberikan akses kepada andong dan becak (bukan bentor). Karena kedua jenis moda transportasi ini masih menjadi ikon dari Yogyakarta yang harus dipertahankan.

“Bagi wisatawan, becak dan andong menawarkan suasana berwisata berbeda untuk berkeliling wilayah Yogyakarta. Jadi mereka masih harus diberi tempat,” ujarnya.

Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Deddy Pranowo mengatakan, pemerintah harus bisa mengemas ikon pariwisata Yogyakarta semenarik setertib mungkin. Karena dengan menata ikon dengan baik, maka bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke wilayah ini. Dengan menambah jumlah wisatawan tersebut membawa dampak positif bagi perekonomian di Yogyakarta.

“Hunian hotel naik, ekonomi bergerak,” tuturnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5619 seconds (0.1#10.140)