Pesantren Mulai Beralih dari Elpiji ke Kompor Biomassa PGN

Selasa, 17 Mei 2016 - 15:18 WIB
Pesantren Mulai Beralih dari Elpiji ke Kompor Biomassa PGN
Pesantren Mulai Beralih dari Elpiji ke Kompor Biomassa PGN
A A A
JAKARTA - Pondok Pesantren di Jawa Timur (Jatim) perlahan mulai beralih dari memasak kebutuhan sehari-hari menggunakan elpiji ke kompor biomassa (pellet) yang efisien dan ramah lingkungan.

Salah satunya pondok pesantren Nurul Huda, Bendungan Tengah, Keraton, Pasuruan, Jawa Timur. Selama ini, pondok pesantren ini menggunakan elpiji untuk kebutuhan memasak 250 santri putri, bahkan menggunakan minyak tanah bila isi ulang elpiji sulit didapat.

Sementara, untuk kebutuhan memasak 200 santri putra pesantren ini menggunakan kayu bakar. "Kami sangat bahagia bisa menggunakan kompor pellet dari PGN, karena dengan kayu bakar dan minyak tanah biayanya cukup mahal dan asap yang proses pembakaran cukup berbahaya bagi kesehatan para santri. Sedangkan tabung elpiji kadang sulit di dapat," kata Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Huda Gus Nadhimuddin, Selasa (17/5/2016).

Kompor biomassa PGN menggunakan bahan bakar berupa pellet. Adapun pellet berasal dari limbah pertanian seperti bonggol jagung, jerami padi, serbuk gergaji, kayu dan lainnya yang melalui proses pemadatan. Dengan 7 ons pellet bisa digunakan untuk memasak sekitar 1-2 jam. Pellet adalah bahan bakar yang merupakan salah satu contoh energi baru terbarukan.

Selain pesantren Nurul Huda, masih ada beberapa lagi pesantren yang mulai beralih menggunakan kompor biomassa. Hal ini kerja sama PGN dan pondok pesantren ini digaungkan di sela acara Perhelatan Akbar Silaturahmi Nasional (Silatnas), yang digelar Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) di Taman Candra Wilwatikta, Pasuruan, Jawa Timur belum lama ini.

"Di luar negeri penggunaan kompor biomassa sudah biasa dilakukan. Kompor Biomassa merupakan adopsi inovasi oleh PGN, untuk mendukung penggunaaan energi baru terbarukan di Indonesia," kata Direktur PGN Dilo Seno Widagdo.

Kelebihan kompor pellet biomassa ini, tidak menghasilkan asap, sehingga aman bagi kesehatan. Apalagi di Indonesia saat ini sudah ada 14 pabrikan yang memproduksi pellet biomassa, namun karena belum ada pasar di dalam negeri, hampir seluruh produksinya di ekspor ke Korea dan Jepang.

Di dua negara tersebut pellet juga digunakan rumah tangga untuk memasak, selain ada sebagian untuk pembangkit listrik. Sedangkan untuk kompor biomassa, saat ini sudah ada beberapa produsen kompor lokal yang memproduksi dengan kualitas yang bagus dan harga terjangkau. Untuk harga kompor buatan lokal berkisar Rp400.000.

"Kompornya buatan dalam negeri, ada banyak pabrik yang produksi pellet di berbagai daerah, bahan bakunya dari limbah, tidak ada impor sama sekali. Aman dan tidak menimbulkan asap," kata Dilo.

Selain itu, untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi impor, PGN sedang membangun infrastruktur gas bumi di Jawa Timur termasuk di Pasuruan. Saat ini ada lebih dari 260 pelanggan yang menikmati gas bumi PGN yang efisien dan ramah lingkungan, mulai dari rumah tangga hingga industri.

"Jaringan pipa gas PGN di Pasuruan baru sekitar 189 km, kita akan perluas sehingga rumah tangga, industri, usaha kecil, dan lainnya bisa segera menikmati gas bumi yang hemat dan bisa masak sepuasnya tanpa khawatir kehabisan gas. Kami mohon dukungan masyarakat dan pemerintah daerah Pasuruan, agar infrastruktur pipa di Pasuruan bertambah banyak," tuturnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7170 seconds (0.1#10.140)