Apindo Ingin Bank Indonesia Tambah Jumlah Uang Beredar

Jum'at, 20 Mei 2016 - 00:37 WIB
Apindo Ingin Bank Indonesia Tambah Jumlah Uang Beredar
Apindo Ingin Bank Indonesia Tambah Jumlah Uang Beredar
A A A
YOGYAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengeluhkan situasi perekonomian Indonesia yang kini sedang stagnan. Bahkan mereka menganggap saat ini perekonomian Indonesia sedang dalam keadaan gawat. Mengingat para pengusaha tidak bisa mengembangkan bisnis mereka akibat kondisi keuangan di Indonesia yang terbatas.

Ketua Umum Apindo, Haryadi Sukamdani mengungkapkan, kondisi Indonesia saat ini sedang kritis mengingat Loan Deposit Ratio (LDR) di perbankan nasional sudah di batas maksimal yaitu di atas 90%. Kondisi yang mengkhawatirkan bagi kalangan perbankan karena jika dipaksakan maka akan mengganggu sistem likuiditas mereka. Ini tentu berpengaruh terhadap iklim bisnis di Tanah Air. Sebab, pengusaha tidak bisa melakukan ekspansi usaha mereka.

"Seperti diketahui, banyak proyek-proyek atau ekspansi perusahaan didanai oleh perbankan,"tuturnya saat membuka Musyawarah Propinsi Apindo Yogyakarta, Kamis (19/5/2016).

Karena LDR Bank sudah di atas 90%, maka sumber pembiayaan bagi bagi pengusaha untuk melakukan ekspansi bisnis menjadi tidak ada alias sangat minim. Bank tentu enggan mengucurkan dana mereka untuk membiayai proyek-proyek pengusaha. Sebab, bank harus menjaga nilai kas intern mereka. Bank harus menjaga jumlah uang mereka agar tidak mengganggu likuiditas mereka, terutama ketika ada nasabah yang menarik dana mereka yang disimpan di bank.

Sementara di satu sisi, janji pemerintah menyediakan sumber pembiayaan lain, juga sampai saat ini sulit terealisasi. Ia mencontohkan sumber pembiayaan yang berasal dari pasar saham. Sampai saat ini sulit terealisasi karena ternyata biaya yang harus ditanggung pengusaha yang meminjam dari pasar saham justru lebih besar dibanding meminjam di bank.

Tak hanya itu, kewajiban lebih berat yaitu memberi diskon kepada investor yang ingin membeli saham perusahaan yang berutang di pasar saham juga menjadi kendala.

Akibatnya, karena sumber pembiayaan tidak ada maka pengusaha lebih memilih berdiam diri dan tidak melakukan ekspansi. Padahal, agar perekonomian terus tumbuh maka ekspansi harus dilakukan para pengusaha. Dengan ekspansi maka dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak serta dapat memutar roda perekonomian masyarakat.

"Kalau sekarang orang melihat bank sedang wait and see, sebetulnya tidak. Karena mereka diam itu karena menjaga likuiditas akibat LDR mereka sudah tinggi,"terangnya.

Di satu sisi, lanjutnya, pemerintah justru mengambil kebijakan meluncurkan obligasi atau surat utang negara (SUN) baru bernilai sekitar Rp400 triliun. Padahal sebelumnya total nilai SUN yang sudah dilepas pemerintah mencapai angka Rp 2.000 triliun lebih. Hal ini tentu semakin mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat yang bisa digunakan pengusaha untuk ekspansi bisnis mereka.

Haryadi lantas meminta kepada Bank Indonesia agar menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan bertambahnya uang di masyarakat maka tingkat konsumsi juga akan meningkat dan bisa kembali menggairahkan iklim usaha dan roda perekonomian.

Bertambahnya uang yang beredar di masyarakat juga membuat kalangan perbankan bisa menambah tingkat likuiditas mereka yang kini sudah menurun.

"Pemerintah mengeluarkan obligasi itu membuat likuiditas semakin kering. Uang yang beredar di masyarakat sangat ketat karena saat ini peredaran uang tidak lebih dari 50%,"tuturnya.

Ketua Dewan Pengurus Provinsi (DPP) Apindo Yogyakarta, Buntoro menambahkan, ekonomi Indonesia saat ini sedang stagnan. Bahkan dibanding dengan triwulan terakhir tahun lalu, kondisi perekonomian Indonesia mengalami penurunan di triwulan I tahun ini.

Untuk dapat kembali meningkat dan berjalan normal, memang sektor-sektor riil harus digerakkan kembali. "Hanya saja, tantangan investasi ini datang dari berbagai pihak,"ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3853 seconds (0.1#10.140)