Harga Daging Melambung, Sri Sultan HB X Meradang

Selasa, 24 Mei 2016 - 23:44 WIB
Harga Daging Melambung, Sri Sultan HB X Meradang
Harga Daging Melambung, Sri Sultan HB X Meradang
A A A
YOGYAKARTA - Sudah menjadi tradisi setiap jelang Ramadan dan Idul Fitri, harga daging sapi di pasaran melambung tinggi. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X melihat fenomena tersebut tidak masuk akal.

“Kenapa menjelang lebaran kok harga naik. Saya melihat sebenarnya tidak ada korelasi (antara harga sembako dan Idul Fitri),” ujarnya usai mengukuhkan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah di Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (24/5/2016).

Menurut Sultan, ada permainan yang dilakukan pedagang sehingga harga-harga kebutuhan pokok seperti harga daging sapi naik. Raja Keraton Yogyakarta itu menganggap kenaikan harga tidak rasional.

"Itu sebenarnya permainan pedagang saja, (kenaikan harga,red) sesuatu yang bisa diterima masyarakat. Tapi bagi saya itu tidak ada logika," jelasnya.

Kecuali, kata Sultan, jika stok barang memang tidak ada. Sehingga kenaikan harga itu wajar. Namun, jika stok memenuhi, Sultan menilai kenaikan harga bukan sesuatu yang wajar.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memerintahkan pembantunya (menteri) untuk menurunkan harga daging sapi dibawah Rp80 ribu per kg sebelum Idul Fitri. Hal itu disampaikan saat membuka Konvensi Indonesia Berkemajuan di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin, 23 Mei 2016 kemarin.

"Saya perintahkan Pak Menteri, caranya saya tidak mau tau, tapi saya minta sebelum lebaran, harga daging harus dibawah 80 ribu. Lha ini menteri-menteri baru pusing semuanya, ngurus urusan daging agar bisa dibawah 80 ribu," jelasnya.

Jokowi juga membandingkan harga daging sapi di negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Di dua negara jiran, daging sapi berkisar Rp50.000-Rp55.000 per kg.

Sementara dipasaran Indonesia, hingga saat ini harga daging sapi berkisar Rp120.000-Rp130.000 per kg. Harga itu diprediksi akan meningkat hingga Rp150.000 per kg, bila tidak dikendalikan pemerintah.

"Memang bukan persoalan yang gampang diurai, karena sudah bertahun-tahun dan hal itu dianggap biasa. Bagi saya itu bukan hal yang biasa. Ini yang harus dibongkar dan jungkirbalikan," jelasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6041 seconds (0.1#10.140)