Hobi Melancong dan Makan Sambal

Minggu, 29 Mei 2016 - 11:02 WIB
Hobi Melancong dan Makan Sambal
Hobi Melancong dan Makan Sambal
A A A
SIAPA tak suka piknik atau berwisata? Saat ini pariwisata bisa dikatakan sedang booming di seluruh dunia. Berwisata juga sudah menjadi hobi lama bagi Presiden Direktur PT Toyota Astra Financial Services (Toyota Astra Finance) David Iskandar. Baginya, kepuasan travelling adalah bisa melihat dunia.

”Hobi saya jalan-jalan, terutama menikmati alam. Saya juga suka memotret tapi enggak mahir-mahir,” ujarnya, belum lama ini.

Ihwal hobi melancong, David mengaku telah mengunjungi banyak tempat wisata di dalam maupun luar negeri.

Menurutnya, destinasi wisata Indonesia sejatinya sangat mengagumkan namun perlu komitmen semua pihak untuk menjaga dan melestarikan, di samping mengemasnya menjadi produk wisata yang menarik dan mempromosikannya ke luar negeri.

"Contohnya destinasi yang saat ini dibilang bagus misalnya Raja Ampat, bagaimana menjaganya supaya bisa terus lestari. Sering kita berkunjung ke objek wisata di daerah, lima tahun kemudian datang lagi ke sana sudah kumuh dan tidak terawat,” tuturnya.

Pria berkacamata itu juga menyayangkan kurangnya pengisahan atau upaya membangun cerita dari sebuah objek wisata. Ia mencontohkan salah satu objek yang menjadi ikon di Kota Brussels, Belgia, adalah Manneken Pis, sosok patung anak kecil sedang pipis.

Dari sekian banyak lokasi menarik di Brussels, mayoritas wisatawan mampir dan berfoto di patung kecil yang lokasinya di pojokan pertokoan itu.

”Kenapa si Manneken Pis ini bisa menarik wisatawan dari seluruh dunia datang ke sana, karena itu diwartakan dengan luar biasa. Ada ceritanya. Kita di Indonesia juga punya banyak patung yang lebih bagus, sayangnya kita tidak membangun cerita dari sana,” katanya.

David juga memuji strategi pemasaran Thailand yang mampu menarik banyak kunjungan wisatawan, salah satunya melalui cita rasa kulinernya yang sudah mendunia, yaitu tom yum.

Pemerintah Thailand menstandardisasi rasa tom yum dan memberi pelatihan gratis untuk warganya yang mau membuka restoran di luar negeri. Alhasil, restoran Thailand bisa ditemui di banyak negara.

”Kalau kita makan tom yum di restoran Thailand di negara manapun, kecil kemungkinan kita kecewa dengan rasanya. Melalui rasa, wisatawan tertarik datang. Nasi goreng kita sebenarnya juga cukup terkenal, tapi kita tidak tahu sejauh mana itu membawa orang berkunjung ke Indonesia,” ucap alumnus Universitas Trisakti ini.
Bicara kuliner, David mengaku paling suka dengan nasi goreng. Menurutnya, yang membedakan cita rasa nasi goreng satu dengan lainnya adalah racikan bumbu atau sambalnya.

”Kalau saya makan makanan Indonesia, kalau sambalnya enak, biasanya saya minta dibungkusin bawa pulang. Pokoknya kalau ketemu yang ulekannya enak, kita bawa pulang. Saya enggak jago bikin sambal, jagonya mengoleksi sambal orang,” ujarnya, sambil tertawa lepas.

Sebagai wujud kecintaan pada pariwisata, Oktober 2015 lalu, Toyota Astra Finance juga meluncurkan program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR yang tidak biasa yaitu Indonesia Diversity (ID).

Sasarannya adalah mempromosikan destinasi-destinasi wisata Indonesia yang belum begitu populer. Caranya dengan mengirimkan karyawan ataupun pelanggan ke suatu destinasi wisata selama beberapa hari. Kisah perjalanan dan segala hal yang unik yang didapat dari sana kemudian ditulis dan di-share di portal Indonesia Diversity.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5623 seconds (0.1#10.140)