BI Prediksi Tren Konsumsi Masih Tinggi

Selasa, 28 Juni 2016 - 18:44 WIB
BI Prediksi Tren Konsumsi Masih Tinggi
BI Prediksi Tren Konsumsi Masih Tinggi
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan tren konsumsi tinggi masih berlanjut pada Juli 2016 sejalan dengan peningkatan penjualan eceran menjelang Hari Raya Idul Fitri, yang antara lain ditopang oleh rencana pembayaran tunjangan hari raya. Di tengah belanja modal pemerintah yang terus meningkat, pertumbuhan investasi, khususnya nonbangunan diperkirakan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Gubernur BI Agus D W Martowardojo mengatakan, laju inflasi Juni 2016 atau sebagian besar momentum Ramadhan juga diperkirakan berada di angka 0,56% dipicu tekanan yang sebagian besar timbul dari harga bahan makanan.

"Kalau kita alo lihat survey terbaru 0,56% itu yang kita perluas memang dari volatile food. Volatile food tertinggi ada di harga daging ayam dan telur ayam," katanya di Jakarta, Selasa (28/6/2016).

(Baca Juga: Prediksi Awal BI, Inflasi Juni Sebesar 0,6%)

Dia menilai, untuk inflasi bulan Juli menurun dibanding kajian inflasi pada pekan kedua Juni, sebesar 0,61%. Menurutnya tekanan harga masih akan membayangi hingga Lebaran terutama dari harga kelompok makanan bergejolak (volatile food), terutama beras, gula, dan varietas cabai.

"Sekitar 0,56% ini kan kita masih akan lihat karena masih ada 10 hari lagi menjelang lebaran. Tapi yang jelas BI tetap akan ada di pasar," ungkap dia.

Sementara itu, dari sisi eksternal, ekspor juga diperkirakan masih tumbuh terbatas, meskipun ekspor beberapa komoditas mulai mengalami peningkatan. Bank Indonesia memandang berbagai langkah masih diperlukan untuk meningkatkan permintaan domestik guna terus memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi.

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan masih berada pada kisaran 5,0-5,4% (yoy)," imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, pemerintah saat ini juga terus berupaya menjaga harga pangan agar daya beli masyarakat terjaga. Meski harga beberapa komoditas pangan naik dan sulit turun belakangan ini, dia menyebut, hal itu mulai bisa diatasi.

"Jadi tinggal gula pasir saja yang belum bergerak turun. Jadi secara keseluruhan, inflasi kecenderungannya rendah kok," ungkap Darmin.

Ketua Umum Asosiasi Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey berharap konsumsi rumah tangga pulih karena adanya bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Dia menargetkan, tahun ini konsumsi rumah tangga bisa tumbuh sekitar 10-12%.

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sejak tahun lalu, daya beli masyarakat tergerus. Hal itu terlihat dari berbagai indikator seperti indeks keyakinan konsumen (IKK), penjualan eceran, penjualan ritel, dan penjualan otomotif yang mengalami perlambatan. Namun, dia melihat adanya peluang pemulihan daya beli pada tahun ini.

"Konsumsi rumah tangga sepertinya baru akan pulih pada semester II karena di situ ada bulan Ramadhan dan Lebaran. Ditambah lagi ada juga dampak penurunan dari BI rate dan penurunan BBM pada April lalu," ujar Josua.

Dia juga menilai, pemerintah perlu fokus menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga karena berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7612 seconds (0.1#10.140)