Harrison Tang, Bocah Imigran yang Menjadi Miliarder

Sabtu, 30 Juli 2016 - 14:32 WIB
Harrison Tang, Bocah Imigran yang Menjadi Miliarder
Harrison Tang, Bocah Imigran yang Menjadi Miliarder
A A A
MENJADI imigran bukan perkara mudah. Status sebagai stranger alias orang asing, kerap membuat mereka mendapat tentangan dan tantangan dari negara barunya bermukim. Begitu pula dengan Harrison Tang, CEO dan pendiri dari Spokeo, situs pencarian orang yang mengumpulkan data dari sumber online dan offline.

Kendati sukses tidak datang mudah, Tang tidak pernah mundur sejengkal dari tantangan. Memulai usahanya dari gudang orang tuanya, kini Tang mengantongi uang sebesar USD78 juta atau sekitar Rp1,01 triliun (estimasi kurs Rp13.074/USD).

Melansir CNBC, Sabtu (30/7/2016), Tang mengisahkan perjalanannya ke negeri impian: Amerika Serikat. Ketika itu, tahun 1996, ia pertama kali tiba di AS dari Taiwan pada usia 13. Tang tidak bisa berbicara bahasa Inggris sama sekali, sehingga membuatnya merasa seperti alien. Untuk mempelajari bahasa, ia menyalin tiap lembar halaman dari kamus dan membaca buku-buku Jane Austen, seorang novelis kenamaan Inggris.

Semangatnya belajar membuat Tang lolos ke Stanford University di San Francisco, California. Ia belajar teknik listrik dan bertemu dengan Mike Daly, Ray Chen dan Eric Liang, yang akhirnya menjadi mitra bisnisnya hingga sekarang. Tamat kuliah, mereka meluncurkan Spokeo pada 2006 dari gudang orang tua Tang di California.

Spokeo awalnya disusun sebagai platform agregasi media sosial, alat yang membantu orang terhubung dengan platform media yang berbeda pada satu halaman.

Merangkum dari Hyperlush.com, dari gudang orang tua Tang, server komputer di tempatkan di kamar mandi guna meredam kebisingan. Dan saat itu belum ada cloud computing. Tanpa karyawan, mereka masing-masing melakukan tugas untuk menjaga agar bisnisnya dapat berjalan, sebagaimana yang dilakukan pengusaha pemula.

“Saya orang yang berfokus pada produk. Tanggung jawab utama saya adalah menentukan produk. Tetapi kami berada di startup (usaha pemula), sehingga harus meraih pelanggan dan kami harus bertarung untuk itu,” kata Tang tentang awal berdirinya Spokeo.

Lazimnya pengusaha pemula, mereka membutuhkan dana segar untuk membangun bisnis. Karena tidak ada investor yang menanamkan modal bila belum ada rekam jejak keberhasilan. Meski sedikit, Spokeo mendapat pendanaan dari keluarga mereka masing-masing.

Namun saat itu, orang lebih tertarik kepada MySpace dan Facebook yang sedang booming, sehingga mendorong platform seperti Spokeo dan banyak jenis lainnya keluar dari arena permainan. Kesulitan pendanaan, membuat mereka nyaris bangkrut dan saking frustasinya, Tang menghabiskan banyak waktu untuk bermain game seperti Warcraft dan Dota.

Melihat kegelisahan puteranya, orang tua Tang lantas menyentil kesadarannya. Ia menyewakan sebuah ruang kantor di Pasadena, California, berbiaya USD550 per bulan agar fokus kepada bisnis awalnya. Akhirnya Harrison Tang menyadari bahwa bertahan dalam kompetisi adalah kunci kesuksesan. “Lakukanlah segala sesuatu yang bisa membuat Anda bertahan hidup. Karena sukses bukan tentang IQ dan seberapa pintar Anda tapi berapa lama Anda bisa bertahan lama dari pesaing Anda,” tukasnya.

Setelah melakukan riset pasar, mereka menyadari bahwa sebuah mesin pencari di mana Anda bisa mencari informasi kontak masyarakat--nomor telepon, alamat email, dan platform sosial media--menunjukkan hal lebih menjanjikan.

Pada saat yang sama, mereka berkonsentrasi pada pengalaman pengguna yang lebih intuitif dan didukung sumber informasi mereka untuk menyertakan catatan sejarah, catatan kriminal dan dokumen publik lainnya.

Singkat cerita, Tang dan kawan-kawan akhirnya mencapai profitabilitas. Sekarang Spokeo memiliki lebih dari 18 juta pengunjung per bulan dan pada tahun 2015 kemarin, Tang mengantongi uang USD78 juta. Hari ini Spokeo memiliki tim sekitar 200 orang di kantor pusat di Pasadena.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5978 seconds (0.1#10.140)