Saingi China, Jepang Kucurkan Uang USD30 Miliar ke Afrika

Sabtu, 27 Agustus 2016 - 19:14 WIB
Saingi China, Jepang Kucurkan Uang USD30 Miliar ke Afrika
Saingi China, Jepang Kucurkan Uang USD30 Miliar ke Afrika
A A A
NAIROBI - Afrika adalah masa depan. Karena benua yang kerap dilanda prahara ini kaya akan sumber daya alam dan menjadi rebutan negara-negara maju. Tidak terkecuali Jepang, yang mengucurkan investasi USD30 miliar atau setara Rp398,5 triliun (estimasi kurs Rp13.286/USD) ke Afrika hingga tahun 2018.

Melansir Nikkei Asian Review, sebanyak USD10 miliar untuk pembangunan infrastruktur. “Ini merupakan investasi masa depan Afrika,” ujar Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dalam pertemuan puncak TICAD (Tokyo International Conference on African Development) di Nairobi, Kenya, pada Sabtu (27/8/2016).

Konferensi tersebut dihadiri puluhan pimpinan negara dan kepala pemerintahan dari seluruh Afrika, diantaranya Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, Kepala Bank Dunia, dan 500 pengusaha Jepang. Menariknya, pertemuan di Afrika ini merupakan kali pertama, dimana empat pertemuan sebelumnya--pertama digelar 1993--selalu diselenggarakan di Jepang.

Dengan mengadakan di Afrika, Jepang tentu ingin lebih mendekatkan diri. Mengutip Daily Mail, Sabtu (27/8), tujuan dari konferensi selain meningkatkan perdagangan dan bantuan ke Afrika, Jepang juga sedang bersaing dengan China dalam memperluas pengaruh mereka di Benua Hitam.

Dalam pidatonya, Abe mengatakan Jepang berkeinginan menjalin hubungan akrab dengan Afrika tanpa tekanan dan menempatkan Afrika pada supremasi hukum dalam pasar ekonomi global.

Presiden Bank Pembangunan Afrika (African Development Bank) Akinwumi Adesina mengatakan kondisi Afrika saat ini berbeda dari dasawarsa sebelumnya. Stabilitas politik membuat benua ini punya potensi pertumbuhan apalagi ditunjang sumber daya alam, sehingga memerlukan banyak investasi. “Ekonomi Afrika tumbuh 5% atau lebih kuat pada tahun ini meski harga sumber daya alam lagi rendah pada saat ini,” terang Adesina kepada Asian Review.

Pria asal Nigeria tersebut menambahkan, Ethiopia yang pada era 1980-an diguncang kelaparan hebat serta Rwanda yang awal 1990-an terjadi perang saudara, Hutu dan Tutsi, kini dapat melepaskan diri dari simbol kemiskinan dan kekacauan berkat stabilitas politik. Keduanya telah aktif membuka modal asing dalam beberapa tahun terakhir. Begitu pula Senegal, yang tahun belakangan aman dari aksi kudeta.

Selain stabilitas politik di Afrika yang mulai stabil sehingga memberi rasa aman dan nyaman bagi investasi, juga Afrika memiliki pangsa pasar besar. Penduduk Afrika saat ini relatif muda, bahkan diperkirakan suatu waktu melebihi orang-orang China dan India yang dikombinasikan. Karena itu, tambah Adesina, Jepang membutuhkan pasar yang berkembang di masa depan. “Dan itu adalah pasar Afrika”.

Ketua JETRO (Japan External Trade Organization) Hiroyuki Ishige mengatakan sudah waktunya bagi perusahaan Jepang untuk mengejar ekspansi ke luar negeri, terutama ke Afrika. Pasalnya, China, pesaing Jepang secara ekonomi dan politik, juga agresif dalam mengembangkan investasi dan bisnisnya ke Benua Hitam. Beijing gencar menanamkan modalnya untuk industri, infrastruktur, pakaian, komunikasi, minyak, dan energi terbarukan.

Merujuk dari Business Standard, Sabtu (27/8), China sebagai negara ekonomi kedua terbesar di dunia, mencatat total perdagangan dengan Afrika sebesar USD179 miliar pada tahun 2015 lalu, jauh melebihi Jepang yang sekitar USD24 miliar.

Namun, bagi perusahaan Jepang, tantangan terbesar bukanlah dari persaingan dengan China, melainkan minimnya sumber daya manusia yang andal. Minimnya SDM membuat biaya tenaga kerja di Afrika sangat tinggi. Belum lagi masalah korupsi yang merajalela di lembaga-lembaga pemerintahan.

Mengatasi masalah ini, Perdana Menteri Abe berjanji akan meningkatkan pengembangan SDM dan menerapkan teknologi berkualitas tinggi. “Kami berharap membuat konferesi bersejarah ini (TICAD) sukses dan bergandengan tangan dengan Afrika untuk mendukung impian Afrika,” seru Abe.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8739 seconds (0.1#10.140)