Himki Bidik Pajangan untuk Kluster Industri Mebel

Kamis, 01 September 2016 - 03:04 WIB
Himki Bidik Pajangan untuk Kluster Industri Mebel
Himki Bidik Pajangan untuk Kluster Industri Mebel
A A A
YOGYAKARTA - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Yogyakarta membidik kawasan Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul menjadi kluster mebel dan kerajinan. Gagasan kluster (kawasan) khusus ini karena untuk melakukan pengembangan mebel dan kerajinan terkendala peruntukkan lahan.

Ketua HIMKI Yogyakarta yang baru saja dilantik, Timbul Raharja mengungkapkan, para pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM) khusus mebel dan kerajinan kini tengah resah. Sebab, lokasi produksi yang ada sekarang sudah berubah peruntukkannya. Sehingga ketika akan melakukan pengembangan selalu terkendala dengan masalah perizinan.

“Karena itu perlu ada kawasan khusus,” terangnya usai dilantik di Hotel New Saphire Jalan Laksda Adisutjipto, Rabu (31/8/2016).

Sejak beberapa tahun terakhir, pihaknya memang menggagas pembentukan kluster khusus UKM yang bergelut di bidang mebel dan kerajinan. Kluster ini nantinya akan melokalisasi keberadaan tempat produksi mebel dan kerajinan. Ke depannya, kluster tersebut akan difasilitasi dengan ruang pamer (show room) bersama.

Saat ini, pihaknya tengah membidik lahan seluas 5 hektare dan sudah memasuki proses negosiasi untuk pembebasannya. Dari sisi perizinan pun tidak menjadi kendala karena telah sesuai dengan peruntukkannya. Kawasan Kecamatan Pajangan memang diproyeksikan oleh pemerintah Kabupaten Bantul sebagai kawasan industri.

Pihaknya sudah mendapatkan harga yang diinginkan oleh masyarakat dan tinggal melakukan pembayaran. Kluster seluas 5 hektar ini nantinya akan digunakan oleh sekitar 50 pengusaha mebel dan kerajinan di Yogyakarta. “Yang bersedia bergabung memang baru sekitar 50 pengusaha. Ke depan masih memungkinkan untuk bertambah,” ungkapnya.

Meski dari sisi perizinan kemungkinan ada kemudahan, ia berharap pemerintah memberikan alokasi dana atau hibah untuk pembebasan lahan yang akan digunakan sebagai kluster tersebut sehingga tidak memberatkan pelaku UKM mebel dan kerajinan.

Harapan lainnya kalangan perbankan juga memberikan alternatif pembiayaan yang murah untuk mewujudkan kluster UKM mebel dan kerajinan tersebut. Sebab, kemampuan dari para pengusaha yang tergabung dalam Himki ini tidak merata dan masih memerlukan perlakuan khusus untuk pembiayaan tertentu. “Kami menargetkan 2018 bisa beroperasi,” tuturnya.

Wakil Gubernur Yogyakarta, Paku Alam X berharap pelaku usaha di bidang mebel dan kerajinan di Yogyakarta juga melakukan pendampingan terhadap para perajin kecil yang berada di 17 kecamatan, yang saat ini masih berada di garis kemiskinan. Dengan melakukan sub produksi para pengusaha kepada keluarga miskin, perlahan-lahan dapat mengentaskan kemiskinan di wilayah tersebut. Tentu saja, ada beberapa kategori yang memang harus dipenuhi untuk sub produksi tersebut.

Ia sendiri mendukung perkembangan industri mebel dan kerajinan karena nyata berkontribusi terhadap perekonomian Yogyakarta. Bahan baku 100 % lokal yang digunakan oleh pengusaha ini mampu memberikan kontribusi sebesar USD2 miliar ekspor di Yogyakarta. Ekspor mebel dan kerajinan mampu menduduki rangking kedua setelah tekstil. “Saya dukung pendirian kluster tersebut. Hanya saja, saya tetap berharap nanti bisa padat karya,” tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4228 seconds (0.1#10.140)