Geliat Pertamina Berburu Minyak di Luar Negeri

Jum'at, 21 Oktober 2016 - 10:39 WIB
Geliat Pertamina Berburu Minyak di Luar Negeri
Geliat Pertamina Berburu Minyak di Luar Negeri
A A A
JAKARTA - Gemah ripah loh jinawi, semboyan yang kerap disematkan untuk Indonesia lantaran kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Bahkan, dalam syair sebuah lagu dari Koes Plus berbunyi "tanah kita tanah surga, batu dan tongkat jadi tanaman".

Kekayaan alam Indonesia memang luar biasa, salah satunya adalah hasil produksi minyak bumi yang membuncah. Bahkan, Indonesia pun pernah masuk dalam jajaran negara eksportir minyak dunia.

Namun, minyak bumi bukanlah sumber energi terbarukan. Cadangan minyak nasional kian hari semakin menipis. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan bahwa cadangan minyak nasional turun dari 3.624 juta barel (million stock tank barel/MMSTB) pada 2014 menjadi 3.603 MMSTB pada 2015.

Sebagai salah satu entitas negara, PT Pertamina (Persero) pun turut ambil bagian dalam menjaga ketahanan energi di masa depan. Perusahaan pelat merah ini terus memutar otak agar generasi mendatang tetap merasakan ketersediaan minyak bumi di Tanah Air. Tak bisa terus mengandalkan potensi migas yang ada di bumi pertiwi, Pertamina kini mulai menunjukkan geliatnya berburu minyak hingga ke mancanegara.

Lini bisnis Pertamina di luar negeri dikomandoi oleh unit bisnisnya yang bernama PT Pertamina International Exploration Production (PIEP). PIEP yang bermarkas di Kuala Lumpur, Malaysia bertugas mengoperasikan dan mengatur seluruh blok migas Pertamina yang ada di luar negeri. Kini, unit bisnis Pertamina tersebut telah beroperasi di tiga negara, yaitu Aljazair, Irak, dan Malaysia.

"Demi kedaulatan energi kita, maka untuk memenuhi kebutuhan minyak pada 2025, salah satunya Pertamina akan terus melakukan pengembangan produksi ke luar negeri," demikian dikatakan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Jakarta, belum lama ini.

Di Aljazair, BUMN minyak dan gas bumi (migas) ini memiliki kepemilikan saham mayoritas di lapangan migas Menzel Lejmat Nord (MLN). Lapangan migas di gurun sahara ini dioperasikan oleh Pertamina Algeria Exploration Production, dengan kepemilikan participating interest (PI) sebesar 65%. Selain di MLN, Pertamina juga memiliki kepemilikan saham di blok EMK sebesar 16,9% dan blok Ourhoud sebesar 3,73%.

Menariknya, manajer lapangan (field manager) yang mengoperasikan lapangan migas MLN adalah orang Indonesia alias pekerja Pertamina. Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, manajer lapangan tersebut membawahi pekerja dari 18 kewarganegaraan berbeda.

"Jadi, ini bukti bahwa memang SDM atau talent Indonesia sangat dihargai dan sudah memiliki kemampuan yang setara dengan teman migas internasional. Ini buktinya beliau pekerja Pertamina, orang Indonesia memimpin 18 kewarganegaraan berbeda. Ini membuat kita konfiden untuk berekspansi di luar negeri," tuturnya.

Sementara, lapangan migas yang dimiliki Pertamina di Irak adalah Blok West Qurna 1. Perseroan melalui Pertamina Irak Exploration Production memiliki total participating interest 10% dengan operatornya, yaitu Exxon Mobil. "Jadi, semua itu dikontrol oleh satu unit bisnis agar mereka bisa fokus dan juga bisa memenuhi regulator migas di masing-masing negara," imbuh dia.

Khusus untuk Malaysia, perusahaan migas nasional ini memiliki enam kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) yang digawangi Pertamina Malaysia Exploration Production. Selain itu, Pertamina juga mengoperasikan 11 lapangan migas bersama partner di Negeri Jiran tersebut.

Sementara, participating interest yang dimiliki Pertamina antara lain di Blok K dan Blok H sebesar 24%, Blok P 18%, Blok SK309 dan SK11, serta blok SK3141 sebesar 25%.

"Operatornya itu ada Murphi dan Shell. Kita juga berharap ada beberapa prospek eksplorasi yang bisa kita jajaki. Karena, memang untuk memproduksi oil and gas, kita harus punya sumur-sumur eksplorasi yang kita bisa deadlock dengan waktu yang cukup baik dan teknis yang baik untuk menjadi sumur produksi," tutur Wianda.

Tak puas menguasai tiga negara, perusahaan migas pelat merah ini pun terus mengembangkan bisnisnya di mancanegara. Saat ini, Pertamina tengah menjajaki kerja sama dengan raksasa migas asal Prancis yaitu Maurel & Prom. BUMN energi ini baru saja merampungkan proses akuisisi Maurel & Prom, setelah membeli 24,53% kepemilikan saham Pacifico.

Menurut Wianda, pihaknya sangat tertarik untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan migas asal Negeri Menara Eifell tersebut lantaran melihat rekam jejak Maurel & Prom dalam bisnis migas.

Untuk diketahui, Maurel & Prom saat ini telah mengendalikan beberapa blok migas yang sifatnya telah berproduksi maupun eksplorasi di berbagai negara. Adapun negara jajahan Maurel & Prom adalah Kanada, Prancis, Italia, Myanmar, Namibia, Kolombia, dan Gabon.

"Inilah potensi yang akan kita lihat untuk bisa menambah baik cadangan secara nasional maupun menambah angka produksi yang kita dapatkan dari negara yang sudah kita masuk tersebut," jelasnya.

Produksi Terus Meningkat


Anggota Komisi VII DPR RI Dito Ganinduto mengemukakan, cadangan minyak nasional sangat tipis. Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa, cadangan bahan bakar minyak (BBM) di Tanah Air hanya sampai 22 hari. Sementara di negara lain, seperti Singapura, China, maupun Amerika Serikat, cadangan BBM-nya mampu mencapai 90 hari hingga 200 hari.

"Singapura penduduknya 4,7 juta jiwa, cadangan BBM-nya 90 hari. Malaysia penduduknya 28 juta jiwa, cadangan BBM-nya hanya 25 hari. China penduduknya 1,3 miliar jiwa cadangan BBM-nya 90 hari, dan AS dengan penduduk 310 juta jiwa, cadangan BBM nya hanya 260 hari. Sementara, kita hanya 22 hari dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa," bebernya.

Politisi partai berlambang pohon beringin ini mengkhawatirkan, jika Indonesia tak juga menambah produksi minyak, maka ke depan akan mengalami krisis energi. Bahkan, Dito membayangkan, jika Indonesia harus menghadapi peperangan dalam lima hari, maka sudah dapat dipastikan akan kalah karena tidak memiliki BBM.

"Artinya, energi kita situasinya kristis. Kita tidak punya cadangan minyak nasional sama sekali. Yang disebut ketahanan energi itu kan mengamankan energi masa depan bangsa," ujar dia.

Rentannya kondisi energi di Tanah Air tersebut menjadi cambuk bagi Pertamina untuk terus meningkatkan cadangan energi nasional. Pertamina semakin semangat dan agresif dalam meningkatkan produksi minyak dari lapangannya yang ada di luar negeri.

Kabar gembiranya, realisasi produksi minyak dari lapangan Pertamina yang ada di Aljazair, Irak, dan Malaysia meningkat 15,38% menjadi 120,59 ribu barel setara miny per hari (BOEPD) dari target 104,95 BOEPD.

Direktur Utama PIEP Slamet Riadhy menyebutkan, kontribusi terbesar produksi dari aset Pertamina yang ada di luar negeri bersumber dari Irak dengan produksi mencapai 43,70 ribu BOEPD dari target 37,61 ribu BOEPD.

Kesuksesan produksi di Irak ini, menurut Slamet tidak lepas dari penerapan program injeksi air (waterflood programme), yang berhasil meningkatkan produksi sebesar 6.090 BOEPD.

Sementara di Malaysia, produksi bersumber dari lapangan South Acis, Permas, dan Blok K. Efek positif dari injeksi air dan gas ini berhasil memberikan tambahan produksi sebesar 5.790 BOEPD.

Sedangkan di Aljazair, Pertamina memberikan tambahan produksi sebesar 6.320 BOEPD paska dilakukannya overhaul C-431 MLN Moto Compressor di Lapangan MLN. "Kami berupaya keras menjaga level produksi, sehingga akhir tahun produksi PIEP terjaga di sekitar 120 ribu BOEPD," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5492 seconds (0.1#10.140)