Harga Minyak Dunia Ambruk Dibayangi Banjir Pasokan

Rabu, 26 Oktober 2016 - 08:33 WIB
Harga Minyak Dunia Ambruk Dibayangi Banjir Pasokan
Harga Minyak Dunia Ambruk Dibayangi Banjir Pasokan
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia mengalami kejatuhan pada sesi perdagangan tengah pekan, dibayangi laporan terkait persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang meningkat. Ditambah adanya kabar kenaikan produksi Nigeria yang berpeluang menghadirkan kembali kekhawatiran terkait membanjirnya pasokan global..

Dilansir Reuters, Rabu (26/10/2016) harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD49,34 per barel pada pukul 00.12 GMT, atau turun 62 sen setara dengan 1,24% dari sesi terakhir. Sementara harga minyak mentah Brent juga mengalami penyusutan sebesar 52 sen atau 1,04% menjadi USD50,26 per barel.

"Perdagangan minyak mentah terlihat defensif pada pagi ini mengikuti angka-angka terkait persedian minyak AS yang menurut American Petroleum Institute (API) mengalami kenaikan 4,8 juta barel, setelah sebelumnya diprediksi melonjak 1,7 juta," ucap Analis Senior OANDA di Singapura, Jeffrey Halley.

Di sisi lain data resmi persediaan bahan bakar dan minyak mentah akan resmi diumumkan oleh Administrasi Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) pada tengah pekan. "Angka persediaan minyak mentah EIA akan menjadi sorotan. Sebuah lompatan besar dalam persediaan apabila mendorong lebih rendah," sambung Halley.

Sementara para pelaku pasar menerangkan ada perbedaan pendapat dalam pertemuan Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) terkait upaya pembekuan produksi untuk mengendalikan pasokan internasional. Sebelumnya Irak yang merupakan produsen minyak terbesar kedua di OPEC menolak untuk mengurangi produksi dengan alasan butuh uang untuk melawan negara Islam radikal.

Anggota OPEC lain termasuk Libya dan Nigeria juga cenderung belum ingin mengurangi produksi mereka, sedangkan Iran, Venezuela dan Indonesia juga tidak mungkin untuk mengurangi output. "OPEC tampaknya mendekati batas-batas kemampuan untuk menghasilkan langkah konkret terkait kesepakatan," tutup Halley.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6365 seconds (0.1#10.140)