Dua Tahun Ekonomi RI Melemah, Ini Kata Sri Mulyani

Kamis, 27 Oktober 2016 - 13:54 WIB
Dua Tahun Ekonomi RI Melemah, Ini Kata Sri Mulyani
Dua Tahun Ekonomi RI Melemah, Ini Kata Sri Mulyani
A A A
JAKARTA - Dua tahun belakangan, perekonomian Indonesia mengalami pelemahan. Apa yang jadi penyebab? Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perlambatan ekonomi nasional terjadi karena tekanan dari luar negeri ke Indonesia, alhasil mempengaruhi kepercayaan diri domestik.

Sejatinya, kata Ani--panggilan akrabnya--perekonomian Indonesia masih dalam status yang relatif baik.

"Dua tahun terakhir itu banyak tekanan dari luar. Kemudian merembes masuk ke dalam dan mempengaruhi confidence kita. Tapi kalau kita lihat perekonomian Indonesia sebetulnya masih dalam relatif baik," kata Ani di Jakarta, Kamis (27/10/2016).

Efek tekanan global tersebut, urainya, adanya perubahan kebijakan di arena global, seperti suku bunga oleh The Fed, gejolak geopolitik, dan Brexit yang mempengaruhi ekonomi negera emerging market termasuk Indonesia. Kemudian akhirnya gejolak tersebut terefleksi pada kurs dua tahun belakangan.

"Sehingga itu mengurangi daya beli masyarakat dari imported inflation," jelasnya. (Baca: Tok, APBN 2017 Disahkan)

Jika dilihat lebih cermat, dalam dua tahun terakhir ini, memang di tahun 2014-2015, pelemahan mulai terjadi di berbagai sektor dan itu terefleksi, terutama lebih dramatis jika dilihat secara kuartal per kuartal. Dan tahun 2015 merupakan yang paling lemah.

"Terlihat sekali dalam hal ini yang paling lemah itu 2015, ketiga kuartal besarannya 4,7%. Kemudian pemulihan baru terjadi di kuartal IV 2015," kata Ani.

Untuk mengobatinya, tahun 2016 ini, pemerintah bertekad mengelola pemulihan ekonomi. Tahap pemulihan yang masih awal ini untuk mengobati situsi yang sakit dari 2014 sampai paruh kedua 2015. Caranya melalui pengelolaan anggaran 2016 yang relatif ekspansif dan akan diteruskan pada 2017.

Dengan demikian, bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%. "Karena kalau kami biarkan APBN yang sifatnya lebih konsolidatif barangkali efek ke pertumbuhan ekonominya lebih kecil," paparnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5309 seconds (0.1#10.140)