Konsumsi Bright Gas Meningkat Pesat di Garut

Sabtu, 26 November 2016 - 00:11 WIB
Konsumsi Bright Gas Meningkat Pesat di Garut
Konsumsi Bright Gas Meningkat Pesat di Garut
A A A
GARUT - Penggunaan elpiji jenis bright gas ukuran 5,5 kg di Kabupaten Garut mengalami peningkatan signifikan sejak September hingga November 2016. Tercatat pada September, penjualan Bright Gas mencapai 2.530 tabung atau sekira 13,91 metric ton dan Oktober sebanyak 9.530 tabung atau sekitar 52,41 metric ton.

"Sementara untuk November, yakni hingga 24 November kemarin, jumlahnya naik kembali menjadi 13.056 tabung atau 71,8 metric ton," ujar Communication and Relation Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III Dicky Septriadi.

Dia menambahkan peningkatan ini menunjukkan bahwa kehadiran bright gas 5,5 Kg sudah sangat diterima masyarakat, sebagai alternatif pilihan energi rumah tangga. "Dan pada intinya, kami sangat mengharapkan bahwa masyarakat kelas menengah, khususnya di Garut bisa menggunakan Bright Gas 5,5 Kg. Karena elpiji 3 Kg itu merupakan hak dari saudara kita yang tidak mampu," imbuhnya.

Pada tempat terpisah, Area Manager Communication and Relation PT Pertamina Jawa Bagian Barat Yudi Nugraha memastikan kemunculan bright gas tidak akan mengganggu kuota elpiji 3 kg di setap kabupaten/kota. "Tidak betul bila kelangkaan elpiji ukuran 3 kg disengaja agar bright gas menjadi laku. Elpiji 5,5 kg tidak menggantikan keberadaan elpiji 3 kg untuk masyarakat miskin," ucap Yudi.

Dengan demikian, lanjutnya, kuota gas elpiji 3 kg masih tetap untuk seluruh wilayah kabupaten/kota. Terkait kelangkaan elpiji yang selalu dialami masyarakat, dia mengakui hal tersebut memang masih kerap terjadi.

"Saya sering menerima informasi dan laporan adanya kelangkaan gas di masyarakat. Namun itu bukan karena kuotanya dikurangi, melainkan ada penyebab lain. Justru kuotanya selalu ditambah sebesar 5% pada hari-hari besar tertentu," ujarnya.

Lebih lanjut dia menduga, kelangkaan disebabkan oleh adanya penyalahgunaan elpiji bersubsidi oleh pihak-pihak yang tidak berhak. Apalagi Pertamina pernah menemukan beberapa penyimpangan berupa tindak penyelewengan seperti pengoplosan gas elpiji.

"Elpiji 3 kg ini disubsidi pemerintah, kalau dirata-ratakan, Rp5.000 per kg. Sementara elpiji non subsidi lain kan cukup lumayan per kgnya. Meski berbeda tabung dan ukuran, isi dari elpiji tetaplah sama. Pertamina pernah menemukan adanya pengoplos elpiji di daerah Depok, Jakarta Timur, dan tempat lain. Belum lagi penggunaan oleh masyarakat lain yang sebenarnya tidak berhak menggunakan elpiji ukuran 3 kg ini," paparnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4745 seconds (0.1#10.140)