Laju Pertumbuhan Ekonomi pada 2017 Bakal Lebih Baik Dibanding 2016

Kamis, 22 Desember 2016 - 10:39 WIB
Laju Pertumbuhan Ekonomi pada 2017 Bakal Lebih Baik Dibanding 2016
Laju Pertumbuhan Ekonomi pada 2017 Bakal Lebih Baik Dibanding 2016
A A A
JAKARTA - Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 diyakini akan lebih kencang dibanding dua tahun sebelumnya. Meski demikian, fondasi ekonomi harus terus diperkuat agar pertumbuhan tetap kokoh dan tidak mudah terpengaruh kondisi global yang penuh ketidakpastian.

Kinerja ekspor nasional tengah bergerak menuju tren positif selama kuartal IV diiringi membaiknya permintaan dan harga komoditas mentah andalan ekspor di pasar global. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyebut, kondisi ini tidak terlepas dari mulai membaiknya ekonomi China.

"Kalau kita bicara outlook 2017, itu tergantung dua hal. Pertama, ekonomi China; kedua, suku bunga AS, ini faktor terbesar yang memberi pengaruh terhadap ekonomi Indonesia," kata Mirza beberapa waktu lalu.

Mirza memprediksi, membaiknya ekonomi China ekuivalen dengan membaiknya harga komoditas. Membaiknya komoditas akan mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Kalimantan yang mengandalkan tambang dan perkebunan. Proyeksi BI soal pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 sebesar 5- 5,4% membutuhkan perbaikan harga komoditas untuk menyentuh batas atas. Perekonomian China tahun ini diproyeksikan tumbuh sekitar 6,5% dan naik menjadi 6,7% pada 2017.

Pertumbuhan ini diyakini bisa mendorong berlanjutnya penguatan harga komoditas. Faktor kedua adalah kebijakan suku bunga bank sentral AS. Pernyataan Presiden baru AS, Donald Trump, yang mengisyaratkan akan mendorong kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif diprediksi menyedot kembali likuiditas global ke Negeri Paman Sam. Hal ini tentu menjadi risiko bagi Indonesia yang tengah membutuhkan likuiditas untuk menjadikan investasi sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Pendek kata, ekspor dan investasi akan menjadi mesin penentu pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan, termasuk nilai tukar rupiah yang tahun depan dipatok Rp13.300 per dolar AS. Dua sumber pertumbuhan tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat yang porsinya mencapai 56% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Seiring dengan itu, sektor swasta atau korporasi pun diyakini lebih siap melakukan investasi atau ekspansi selambat-lambatnya pada semester II/2017. Menurut pandangan Mirza, dunia usaha akan lebih siap ekspansi tahun depan, setelah adanya tax amnesty dan repatriasi dan restrukturisasi kredit perbankan yang sebagian besar juga sudah selesai pada 2016. Untuk menjaga daya beli BI pun akan terus berkoordinasi bersama pemerintah untuk menjaga inflasi tetap berada di level yang rendah.

Risiko inflasi tahun depan disebutnya lebih besar daripada tahun ini. Di samping risiko inflasi yang berasal dari harga pangan yang berfluktuasi, rencana pemerintah yang mencabut subsidi listrik golongan 900 va dan elpiji bisa mengancam target inflasi tahun depan sebesar 4% plus minus 1%. Di sisi lain, pemerintah menyadari bahwa membaiknya kinerja ekspor yang masih didorong komoditas harus tetap didukung dengan reformasi struktural yang telah dilakukan untuk memperkuat fondasi ekonomi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini, fondasi ekonomi yang kuat penting menjaga kepercayaan investor asing yang saat ini porsinya mencapai 38% di pasar keuangan. Sri Mulyani menuturkan, belanja modal, terutama infrastruktur, yang dialokasikan dalam APBN 2017 mencapai Rp378,3 triliun atau lebih besar daripada APBN-P 2016 sebesar Rp317,1 triliun.

Dia menyebutkan bahwa belanja pemerintah akan ikut memberikan dampak positif dalam mendorong laju ekonomi 2017. Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu juga mengatakan, defisit anggaran dan rasio utang juga cukup rendah dan terjaga masingmasing tahun ini ditutup di kisaran 2,5-2,7% dan 27% terhadap PDB. Pihaknya pun terus menjaga kredibilitas fiskal guna meminimalkan arus modal keluar hingga 2017 akibat Trump effect.

Tidak hanya di sektor fiskal, sektor riil juga perlu mendapatkan sentuhan pemerintah. Karena itu, mantan Wakil Presiden Boediono berpesan supaya struktur perekonomian Indonesia perlu terus diperbaiki. Peran kebijakan moneter dan fiskal terhadap PDB disebutnya hanya bersifat counter-cyclical atau jangka pendek. "Selama struktur ekonomi kita tidak seimbang maka gampang digoyahkan," tuturnya.

Struktur perekonomian yang lemah selama ini membuat defisit transaksi rentan. Setiap siklus ekonomi membaik, maka defisit transaksi berjalan membesar akibat naiknya impor. Situasi inilah yang dipahami BI sehingga otoritas moneter itu memprediksi defisit transaksi berjalan tahun depan akan meningkat di level 2,3- 2,5% terhadap PDB seiring perbaikan ekonomi domestik.

Terkait dengan itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariadi Sukamdani berharap pemerintah terus fokus untuk memperbaiki struktur ekonomi domestik, khususnya substitusi impor seperti pangan dan bahan baku, serta barang dan modal. Hal ini dinilainya relevan di tengah kecenderungan global yang mengarah pada proteksionisme. Paket kebijakan ekonomi pun menjadi modal berharga untuk memperdalam struktur industri.(Rahmat Fiansyah)
Laju Pertumbuhan Ekonomi pada 2017 Bakal Lebih Baik Dibanding 2016
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5403 seconds (0.1#10.140)