Inflasi DIY di Akhir Tahun Meningkat Dipengaruhi Kenaikan Pangan

Rabu, 04 Januari 2017 - 04:09 WIB
Inflasi DIY di Akhir Tahun Meningkat Dipengaruhi Kenaikan Pangan
Inflasi DIY di Akhir Tahun Meningkat Dipengaruhi Kenaikan Pangan
A A A
BANTUL - Kenaikan harga telur ayam ras menjadi penyumbang terbanyak angka inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada bulan Desember 2016. Empat kelompok pengeluaran memang mengalami kenaikan selama bulan Desember 2016 sehingga membuat inflasi meningkat dibanding dengan bulan sebelumnya, November.

Kepala Bidang Statistik Distribusi Arjuwilondo mengatakan, tingkat inflasi di DIY pada bulan Desember 2016 mencapai 0,35%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding inflasi di November 2016 yang tercatat hanya sekitar 0,32%.

Kelompok komoditas pangan menjadi kelompok yang paling banyak pengaruhnya terhadap laju inflasi di DIY. "Kenaikan kelompok komoditas pangan memang paling banyak selama Desember," tuturnya.

Bulan Desember 2016 memang bertepatan dengan musim liburan. Tiga kali libur panjang yang terjadi selama bulan Desember 2016 masing-masing Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal dan Tahun Baru memicu kenaikan angka konsumsi dari masyarakat.

Kenaikan konsumsi akan berakibat pada peningkatan harga komoditas pangan. Sehingga dia menilai wajar jika komoditas pangan menjadi kelompok terbesar penyumbang inflasi. Komoditas pangan rata-rata mengalami peningkatan sekitar 1,24 %. Harga telur ayam ras yang naik 17,61 % memberi andil pada inflasi sebanyak 0,09%, kenaikan harga cabai rawit sebesar 36,18% memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,05%.

Kenaikan harga bensin sebesar 0,91%, tomat sayur naik 34,95%, daging ayam ras naik 3,08% dan tarif pulsa ponsel naik 1,44% di mana masing-masin memberi andil sebesar 0,03%. Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menahan inflasi di antaranya bawang merah turun 6,11% dan memberi andil inflasi -0,04%, emas perhiasan dan cabai merah turun 4,76% serta 10,77% memberi andil menahan inflasi sebesar -0,03%.

Komoditas lain yang mengalami penurunan telepon seluler, salak, TV, apel, daun melinjo, minyak goreng, daun bawang, laptop, bahan bakar rumah tangga, vitamin, jeruk, mesin cuci, gula pasir dan kulkas memberi andil laju inflasi -0,01%. "Namun karena kenaikannya lebih tinggi maka inflasi meningkat," tuturnya.

Dia menambahkan komoditas bahan makanan mengalami inflasi 1,24%, makanan jadi, minuman dan rokok serta tembakau memiliki andil 0,51%, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar turun -0,03% dengan andil -0,01% Kesehatan memberi naik 0,20% dengan andil 0,01% dan transportasi naik 0,33% dengan andil 0,05%. Pendidikan, rekreasi dan olahraga juga menahan inflasi -0,20 dengan andil 0,02%.

Kepala Bidang Statistik Sosial Soman Wisnu Dharma menerangkan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh empat indeks pengeluaran. Masing-masing kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok kesehatan, kelompok transportasi dan komunikasi serta jasa keuangan. Sedang tiga kelompok lain yaitu perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar turun.

"Kelompk sandang, pendidikan, rekreasi dan olahraga justru turun sehingga laju inflasi tertahan karena penurunan ini," terangnya.

Seperti diperkirakan sebelumnya, laju inflasi di DIY memang cenderung mengalami kenaikan hingga akhir tahun. Setelah sempat deflasi sebesar -0,16 di bulan September, inflasi kembali terjadi di bulan Oktober menjadi 0,05%, naik lagi di bulan November sebanyak 0,32% dan di bulan Desember 0,35%. Kenaikan ini terjadi lebih karena kenaikan konsumsi.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5018 seconds (0.1#10.140)