RNI Terbitkan MTN Rp865 Miliar

Rabu, 18 Januari 2017 - 20:17 WIB
RNI Terbitkan MTN Rp865 Miliar
RNI Terbitkan MTN Rp865 Miliar
A A A
JAKARTA - Dalam rangka pengembangan bisnis di sektor farmasi dan alat kesehatan serta sektor-sektor agro industri, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) akan menerbitkan surat utang jangka menengah alias Medium Term Notes (MTN) sebesar Rp865 miliar.

MTN yang rencananya diterbitkan pada Semester I 2017 ini, diperuntukan membiayai modal kerja, penambahan kapasitas pabrik farmasi, serta ekspansi di sektor industri alat kesehatan.

Direktur Keuangan PT RNI Yana Aditya mengatakan, MTN sebesar Rp865 miliar akan diterbitkan oleh dua perusahaan, yaitu MTN yang diterbitkan oleh PT RNI sebagai perusahaan induk sebesar Rp665 miliar dan Anak Perusahaan RNI bidang Farmasi PT Phapros Tbk sebesar Rp200 miliar.
“Penerbitan surat utang di Phapros bertujuan untuk peningkatan skala bisnis perusahaan khususnya di bidang farmasi dan alkes,” ujar Yana dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (18/1/2017).

Di samping modal kerja, dana MTN PT RNI akan digunakan untuk ekspansi industri alat kesehatan seperti X-ray dan Oksigen Terapi. RNI menganggarkan belanja modal alias (capex) sebesar Rp1,1 triliun di tahun 2017, meningkat 286% dibanding tahun 2016.

"Belanja modal tersebut dipergunakan untuk pengembangan lini bisnis agro industri baik on farm maupun off farm dan industri farmasi,” sambungnya.

Sementara itu, MTN PT Phapros akan digunakan membangun pabrik baru dan penambahan kapasitas pabrik Phapros di Simongan, Semarang, Jawa Tengah. Pabrik Phapros yang lama mempunyai kapasitas produksi sebesar 2 miliar butir obat per tahun dengan utilisasi sudah di atas 80% akan ditingkatkan. "Sehingga mendapatkan kapasitas maksimal," papar Yana yang juga merupakan Komisaris Utama PT Phapros Tbk.

Lebih lanjut, Yana mengatakan, gencarnya RNI mengembangkan core bisnis farmasi dan alkes tidak terlepas dari upaya mendukung program pemerintah dalam percepatan pengembangan industri farmasi dan alkes dalam negeri sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016. “Sebagai BUMN kami berharap mampu berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas farmasi dan alkes nasional yang saat ini masih dikuasai produk import,” ungkapnya.

Kondisi industri alkes dalam negeri belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 94% pasar alkes dalam negeri masih dikuasai produk impor. Padahal berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2015, nilai pasar industri alkes nasional mencapai Rp12 triliun, namun tidak diimbangi oleh produktivitas alkes nasional, di mana hanya terdapat 6% izin edar alkes dalam negeri, selebihnya 94% dikuasai alkes impor.

Perkembangan bisnis farmasi dan alkes RNI sendiri melalui Phapros terbilang moncer. Pada 2016, penjualan Phapros mencapai Rp810 miliar atau meningkat 17% dibanding 2015 sebesar Rp691 miliar. Sedangkan, laba bersih 2016 diprediksi mencapai Rp100 miliar atau naik 59% dibanding 2015 sebesar Rp 63 miliar. Realisasi pencapaian ini jauh melampaui RKAP perusahaan 2016.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0741 seconds (0.1#10.140)