Mudik 3000

Selasa, 21 Agustus 2012 - 10:29 WIB
Mudik 3000
Mudik 3000
A A A
SALAH satu ciri tipikal kelas menengah Indonesia (consumer 3000) adalah bahwa mereka masuk menjadi anggota kelas menengah setelah melalui perjuangan heroik meningkatkan derajat sosial- ekonomi.

Mereka menjadi kaum mapan berkecukupan di Jakarta setelah melalui kerja keras mendongkrak status sosial- ekonomi selama belasan bahkan puluhan tahun. Awalnya mereka dari keluarga miskin tinggal di kampung (yes, Klaten, Gunung Kidul, Wonogiri, Blora, Pacitan, Pasuruan, Nganjuk, dsb) tapi bercita-cita luar biasa untuk menjadi orang sukses.

Mereka belajar SD,SMP, SMA, hingga universitas super giat karena yakin itulah senjata pamungkas untuk mendongkrak status sosial-ekonomi.Setelah sukses belajar,lalu mereka berurbanisasi ke Jakarta mengadu nasib mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian.Mereka berkarier di Jakarta dengan etos kerja kampung yang bersahaja: prihatin dan ngirit, tak banyak menuntut, jujur dan tidak neko-neko,kerja ulet, tahan banting, dan semangat membaja untuk menjadi kaya.

Berbekal itu semua, maka jadilah mereka orang sukses di Jakarta. Jadilah mereka anggota masyarakat kelas menengah yang mapan dan berpengetahuan. Perjuangan heroik belasan/ puluhan tahun itu kini telah berbuah ranum berupa kesuksesan hidup dan karier di Jakarta. Ada yang menjadi direktur perusahaan periklanan. Ada yang menjadi entrepreneur waralaba kedai kopi; ada yang menjadi dokter yang praktiknya kebanjiran pasien hingga dini hari.

Ada yang menjadi kepala divisi salah satu BUMN papan atas. Ada yang menjadi konsultan bisnis online. Ada yang menjadi pejabat di kantor departemen. Ada yang menjadi kepala cabang bank terbesar di seantero negeri. Perjuangan heroik penuh cucuran keringat itu harus dirayakan. Buah ranum kesuksesan itu harus ditunjukkan.

Kisah jatuh-bangun yang berujung happy-endingyang membanggakan itu harus dipertontonkan. Maka jadilah mudik sebagai medium yang menggiurkan untuk ”mementaskan” kesuksesan kita.Mudik is about story of success. Mudik is about celebration of success. Mudik adalah ”panggung” untuk mementaskan kesuksesan. Mudik menjadi medium yang luar biasa untuk pamer kesuksesan kita.

Anatomi Pamer


Pamer sesungguhnya merupakan manifestasi dari ”berkomunikasi”, yaitu menyampaikan suatu pesan dari satu orang kepada orang lain. Bicara mengenai berkomunikasi maka tentu ada sasaran komunikasi (target audience) dan pesanpesan (message) komunikasi yang hendak disampaikan.Ketika kita mudik, siapa-siapa saja target audience yang menjadi sasaran dari pamer kesuksesan kita?

Yang pertama tentu orang tua. Orang tua kita telah berjuang luar biasa sampai titik darah penghabisan untuk membentuk, menggembleng, dan mengantarkan anaknya meraih kesuksesan.Karena itu sebagai anak kita pasti akan berpikir bahwa orang tua kita tentu ingin tahu apa hasil perjuangan dan jerih-payah mereka. Hasil perjuangan tersebut tak lain adalah kesuksesan yang kita raih.

Mereka tentu ingin melihat kita, anak-anak mereka,pulang kampung dengan segudang kesuksesan. Semakin sukses kita, semakin confident pula kita sungkem kepada mereka. Target audience kedua adalah saudara-saudara dan kerabat. Karena itu,mudik adalah ajang persaingan antar saudara/ kerabat untuk menunjukkan kepada orang tua dan tetangga, mana di antara mereka yang lebih sukses.

Yang menjadi manajer perusahaan terkemuka tentu lebih confidentmudik dibanding yang cuma jadi sopirtaksi.Yang menjadi dokter atau bankir tentu lebih bangga dibanding yang hanya menjadi satpam atau buruh pabrik. Target audience ketiga adalah tetangga di kampung atau desa. Dilihat tetangga sebagai orang sukses adalah cool. Dipandang tetangga sebagai orang yang hidup berkecukupan di ibu kota adalah kepuasan yang tak ternilai harganya.

Karena itu tampil all out sebagai sosok yang sukses di depan tetangga dan masyarakat desa merupakan sesuatu yang sangat penting di saat mudik. Alangkah senangnya jika cerita kesuksesan kita menjadi viral word of mouth/WOM (layaknya WOM klinik Tong Fang) di seantero desa. Pencitraan sebagai sosok yang sukses di mata tetangga adalah sumber eksistensi kita.

It Is the Show Time!!!

Lalu pesan-pesan apa yang kita sampaikan saat kita pamer kesuksesan di kampung? Pesannya tentu adalah indikatorindikator atau simbol-simbol kesuksesan yang kita raih. Indikator dan simbol kesuksesan yang paling gampang tentu saja adalah capaiancapaian material. Oleh-oleh yang kita bawa; baju, sepatu, dan jam tangan yang kita kenakan; mobil yang kita kendarai; atau gadget yang kita bawa ke kampung merupakan simbol-simbol material kesuksesan kita.

Mobil adalah simbol kesuksesan paling strategis yang bisa kita pamerkan di kampung. Laju kesuksesan kita tentu akan kasatmata jika misalnya, lima tahun lalu kita mudik masih pakai Avanza; dua tahun lalu pakai Kijang; dan tahun ini Alphard kinyis-kinyis begitu gagah menelusuri jalanan kampung yang becek dan berlubang. Rumah sesungguhnya juga menjadi simbol kesuksesan ideal, cuma sayang tidak bisa diboyong dan dipamerkan di kampung.

Kalau beli mobil masih belum kuat, jangan khawatir, masih banyak jalan lain menuju Roma. Oleholeh yang kita bawa ke kampung juga bisa menjadi indikasi seberapa sukses kita di Jakarta. Itu sebabnya sejak awal puasa Pasar Tanah Abang selalu penuh oleh ibu-ibu yang memborong baju untuk oleholeh mudik. Belasan bahkan puluhan potong baju dibeli untuk seluruh sanak-keluarga di kampung.

Bujet oleh-oleh Rp1 juta tentu berbeda dengan Rp10 juta. Yang membelanjakan Rp10 juta tentu saja akan dilihat sanak-kerabat lebih sukses dibanding yang cuma Rp1 juta. Selain simbol material, cerita- cerita mengenai pekerjaan, sekolah anak-anak, atau gaya hidup di Jakarta juga bisa menunjukkan seberapa sukses kita di Jakarta.

Saat di kampung, kita misalnya, begitu passionate menceritakan tempat kerja kita: sebuah perusahaan multinasional yang gajinya dolar, memiliki kantor cabang di ratusan negara,dengan headquarter di Time Square New York. Kita juga bisa cerita mengenai anak-anak kita yang sekolah di international school yang bahasa percakapannya Inggris dan Mandarin.

Atau kita juga bisa cerita mengenai enak dan wah-nya hidup di Jakarta: tiap minggu belanja di Carrefour, seminggu tiga kali nge-gym di Celebrity Fitness, rutin nge-mall di Grand Indonesia atau Pacific Place, atau sesekali ngopi sore hari di Starbucks. Selamat mudik, mari samasama kita pentaskan kesuksesan kita!

YUSWOHADY
Pengamat Bisnis dan Pemasaran
(and)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4322 seconds (0.1#10.140)