Kinerja IHSG terbaik keempat di Asia

Kamis, 29 November 2012 - 09:02 WIB
Kinerja IHSG terbaik keempat di Asia
Kinerja IHSG terbaik keempat di Asia
A A A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini mencatat kinerja positif meski terus berfluktuasi. Indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat sebagai yang terbaik keempat di Asia.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan, per 26 November 2012 kinerja pasar modal Indonesia yang positif tecermin dari meningkatnya IHSG sebesar 14,5 persen di sepanjang tahun ini.

Dia mengungkapkan, peringkat pertumbuhan IHSG di bawah tiga bursa saham lain, yaitu Thailand, Hong Kong, dan India. ”Bursa saham Indonesia terbaik keempat di Asia,” terang Nurhaida dalam acara Investor Summit 2012, di Jakarta, kemarin.

Namun, dia menilai, jumlah investor di Indonesia belum tumbuh signifikan. Hal itu terlihat dari porsi kepemilikan efek di pasar modal Indonesia yang masih dikuasai oleh pemodal asing, yakni sekitar 59,4 persen. Sedangkan, sisanya dimiliki oleh pemilik modal lokal. Meski demikian, dia optimistis, investor domestik mulai mengimbangi transaksi perdagangan saham terhadap asing di pasar modal.

Saat ini, investor domestik mencapai 0,2 persen dari jumlah penduduk. Jumlah anggota bursa yang mencapai 460 pada November ini diharapkan mampu meningkatkan kontribusi investor domestik. Dengan begitu, jika ada gejolak di pasar modal dan terjadi penarikan dana besar-besaran (redemption) global, IHSG memiliki kekuatan untuk tidak jatuh terlalu jauh sehingga tidak mengguncang perekonomian.

Menurut dia, demi menjaga pertumbuhan pasar modal Indonesia tetap positif, OJK mengharapkan jumlah investor dapat bertambah. Meski jumlahnya saat ini sudah mencapai 363.000 orang, rasionya cukup jauh dibandingkan penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang.

”Jumlah investor kita masih minim. Kalau dibandingkan negara lain, posisi kita kecil,” ungkapnya.

Dalam acara yang sama, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Ngalim Sawega mengatakan, fundamental ekonomi nasional relatif bagus. Namun, dia berharap semua pihak tetap mencermati perkembangan perekonomian dunia. Koordinasi yang baik akan menghilangkan tumpang tindih kebijakan, sehingga lebih mendorong pertumbuhan pasar modal.

Dia menegaskan, pengembangan pasar modal juga harus didukung oleh infrastruktur karena bisa memperbaiki segala kekurangan proses manual seperti human error. Langkah itu juga diharapkan bisa memperbesar jumlah investor domestik. Manfaat lainnya adalah investor asing semakin percaya dengan industri pasar modal Indonesia.

Direktur Pengembangan BEI Frederica Widyasari Dewi mengatakan, BEI akan terus meningkatkan sosialisasi serta mengeluarkan program “Gemilang Investasi Bursa”. Program tersebut merupakan undian berhadiah yang ditujukan bagi investor saham dan sales anggota bursa. Melalui program ini, pihaknya ingin menggerakkan anggota bursa dalam menjaring investor baru.

Harapan lainnya, program ini bisa mendekatkan BEI dengan investor. Sasaran dan tujuan program Gemilang Investasi Bursa adalah untuk meningkatkan jumlah investor ritel domestik khusus pada instrumen saham di pasar modal Indonesia. Dia menjelaskan, Investor Summit 2012 menargetkan kehadiran 2.000 investor pada pelaksanaan di Jakarta. Sedangkan, pelaksanaan di Surabaya ditargetkan dihadiri 500 investor.

Melalui Investor Summit 2012, BEI berharap terus menggalakkan kegiatan investasi di pasar modal Indonesia. Sementara, belum banyak perusahaan terbuka yang melirik menerbitkan obligasi dalam mendapatkan pendanaan. Padahal, di sejumlah negara maju, obligasi merupakan instrumen yang paling diminati.

Atas dasar itu, salah satu program utama OJK adalah membuat kondisi kondusif agar di masa mendatang semakin banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi. Nurhaida mengatakan, sebagian besar emiten atau perusahaan masih memilih perbankan sebagai instrumen mendapatkan pendanaan, sedangkan sisanya berasal dari obligasi.

”Kalau dari persentase, masih jauh. Sekitar 80 persen pendanaan berasal dari perbankan,” terang dia.

Nurhaida menjelaskan, pembiayaan dari obligasi perusahaan juga perlu ditingkatkan menyusul masih rendahnya rasio penerbitan obligasi perusahaan terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni sekitar 2 persen. Hal itu dinilai kurang menguntungkan karena perekonomian negara bisa berkembang jika infrastruktur jalan dan pendanaannya dari obligasi.

OJK pun akan mendorong pembenahan infrastruktur demi tujuan tersebut, diantaranya meningkatkan perdagangan di pasar sekunder serta membenahi sejumlah regulasi. Dia menyebutkan adanya regulasi yang membolehkan emiten melakukan pengajuan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum obligasi dan penawaran umum sukuk dalam waktu bersamaan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya penerbitan sukuk dan obligasi bagi emiten.

Nurhaida memastikan aktivitas “goreng-menggoreng” saham yang dilakukan sebagian oknum di pasar modal telah diminimalisasi. Hal itu tidak terlepas dari telah diwajibkannya investor memiliki single investor ID pada Februari lalu. Sehingga, transaksi pada suatu saham tertentu dari satu perusahaan broker dan pada saat yang sama melakukan pembelian lagi melalui perusahaan broker lainnya sulit dilakukan.

Berdasarkan data BEI, total emisi obligasi yang sudah tercatat sepanjang 2012 adalah 51 emisi dari 42 emiten senilai Rp57,481 triliun dan USD20 juta. Obligasi terbaru yang dicatatkan di BEI adalah Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank I.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6202 seconds (0.1#10.140)