Empat tingkat kesadaran manusia (1)

Senin, 10 Desember 2012 - 08:39 WIB
Empat tingkat kesadaran manusia (1)
Empat tingkat kesadaran manusia (1)
A A A
Sejak manusia pertama diciptakan oleh Yang Mahapencipta, dia telah hadir dengan membawa karakternya. Anak cucunya juga lahir dengan membawa karakter mereka dan kemudian berubah dari generasi ke generasi.

Pencerahan muncul sejalan dengan perkembangan pikiran manusia. Dilengkapi oleh kedatangan ajaran agama, manusia mulai menata aturan-aturan duniawinya. Perubahan karakter tersebut terutama disebabkan oleh dua sumber; oleh ajaran agama yang disampaikan beberapa orang terpilih yang menerima wahyu, dan oleh inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh beberapa manusia jenius.

Karakter manusia di muka bumi menurut saya dapat diklasifikasikan dalam empat tingkat kesadaran sebagaimana diuraikan di bawah ini.

Tingkat kesadaran rendah

Dahulu kala di zaman purba, ketika manusia belum mengenal ajaran agama, mereka memakan apa saja yang mereka dapat makan, bukan memakan apa yang boleh. Di zaman itu, manusia tidak mengenal definisi kepemilikan ataupun jual-beli.

Pada taraf ini level kesadaran manusia hampir setara dengan tingkat kesadaran hewan. Jika di zaman ini ada manusia atau sekelompok masyarakat yang berprilaku seperti itu, kita namakan itu prilaku superburuk alias biadab.

Sayangnya, di zaman serba modern ini masih ada manusia yang bersikap “hari ini mau makan siapa”. Seperti koruptor yang memakan hak rakyat, yang mendemonstrasikan perilaku biadab. Pejabat negara yang mengorupsi uang rakyat bermiliar-miliar sama saja dengan membunuh ribuan rakyat secara perlahan-lahan.

Pengusaha yang merampas tanah perkebunan milik orang banyak adalah ilustrasi dari nafsu tak terkendali pada tingkat kesadaran rendah. Penguasa yang menguasai senjata api yang menembaki dan mengancam rakyat kecil adalah refleksi pembunuh berdarah dingin.

Tingkat kesadaran sederhana

Manusia pada taraf ini mulai memperoleh pencerahan terbatas, mereka berzikir mencari cahaya dan petunjuk dari Yang Mahakuasa. Manusia menggali di dalam dirinya dan di alam semesta kaidah-kaidah kehidupan yang hakiki. Mereka berkeluarga melalui upacara pernikahan, menjaga serta membesarkan anak-anak bersama akidah agama atau kepercayaannya.

Mereka menetapkan definisi hak dan kewajiban yang tumbuh-kembang di tengah-tengah masyarakatnya. Mereka takut serta malu menghadapi sanksi jika melanggar norma-norma yang ada dalam budayanya. Manusia pada tingkat kesadaran sederhana menghafal definisi dosa dan pahala, memahami apa yang wajib, sunah dan makruh.

Tetapi, manusia pada klasifikasi ini kurang berminat terhadap perkembangan teknologi serta inovasinya. Ilmu pengetahuan belum dimanfaatkan untuk kemakmuran masyarakatnya. Masyarakatnya cenderung hidup santai tanpa mengenal arti high performance and best performers. Tingkat kesadaran sederhana menyebabkan manusia cepat puas dengan apa yang diraihnya.

Tingkat kesadaran tinggi

Manusia pada tingkatan ini memperdalam ilmu agama dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi. Berbagai inovasi diciptakan. Alam semesta dipelajari dan dijelajahi.

Kebebasan individu dan kesempatan menyatakan pendapat diperluas. Manusia selalu membicarakan efisiensi dan produktivitas. Karena itu, manusia dengan tingkat kesadaran tinggi seharusnya memiliki smart character.

Sayangnya ada banyak manusia yang di permukaan mempertontonkan tingkat kesadaran tinggi, namun secara sembunyi-sembunyi mempraktikkan kebiadaban nafsu serakah dan kebengisan sifat hewani, seperti manusia di tingkat kesadaran rendah.

Di DPR ada banyak anggotanya yang berlagak sebagai manusia dengan tingkat kesadaran tinggi tetapi sayang seribu kali sayang mereka rajin mangkir. Kita sangat membutuhkan lebih banyak orang dengan kesadaran tinggi, yaitu orang yang tak mementingkan diri sendiri, tidak mengumbar egonya, tidak menginjak-injak orang lemah, tidak besar mulut yang isinya hanya slogan doang. Pada klasifikasi ini, mereka harus menjadi teladan dalam membuktikan “katakan tidak terhadap korupsi”.

Tingkat kesadaran kosmis

Ini level kesadaran tertinggi yang dimiliki segelintir manusia yang mampu hidup selaras serta menyatu dengan alam semesta. Mereka menjiwai makna kehidupan di dunia yang hanya singkat dan sementara karena itu mereka tidak tergoda baik oleh kemewahan materi maupun kenikmatan sekejap.

Mereka tak butuh gembar-gembor di depan sorotan kamera. Kebahagiaannya ada dalam dirinya yang bersahaja walaupun mereka di tengah hiruk-pikuk sandiwara orang-orang yang narsis dan tamak.

Ke mana pun mereka menoleh, apa pun yang mereka sentuh, di situ mereka melihat dan merasakan kehadiran Tuhan Yang Mahaagung. Mereka berlomba untuk menjadi manusia terbaik, yaitu manusia yang paling berguna bagi orang banyak. Mereka disiplin berzakat dan rajin bersedekah. Perilaku yang terpuji memang pantas ditiru.

RAJA BAMBANG SUTIKNO
Management Trainer dan Penulis buku-buku best seller
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3518 seconds (0.1#10.140)