Awal pekan, IHSG diprediksi sulit lanjutkan penguatan

Minggu, 30 Juni 2013 - 16:12 WIB
Awal pekan, IHSG diprediksi sulit lanjutkan penguatan
Awal pekan, IHSG diprediksi sulit lanjutkan penguatan
A A A
Sindonews.com - Positifnya penutupan perdagangan pekan lalu, diharapkan dapat membuka peluang penguatan lanjutan atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sepekan ke depan.

"Diperkirakan pekan depan, IHSG akan berada pada rentang Support 4.350-4.585 dan Resisten 4.900-4.965," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Minggu (30/6/2013).

IHSG membentuk pola menyerupai seperti hammer pada lower bollinger bands. MACD bertahan dari penurunan dengan histogram negatif yang memendek. RSI, William's %R, dan Stochastic mencoba upreversal dari area oversold.

"Meski IHSG sepanjang pekan kemarin sempat berada di bawah target support kami (4.445-4.500), namun akhirnya mampu berada pada target resisten kami (4.635-4.915)," tegas Reza.

Adanya pelemahan bursa saham AS di pekan sebelumnya dan masih adanya rilis data-data ekonomi yang mungkin kurang baik, bisa saja akan menghambat peluang kenaikan lanjutan tersebut. Cermati sektor industri dasar, konsumer, keuangan, manufaktur, pertambangan, dan perdagangan.

Menilik perjalanan IHSG sepanjang pekan lalu, terlihat pada awalnya, tampaknya awan gelap belum beranjak dari lantai bursa dengan masih adanya tekanan jual melanjutkan pekan sebelumnya.

Bahkan dengan adanya kepastian waktu kenaikan harga BBM yang telah diumumkan di akhir pekan sebelumnya juga belum mampu membalikkan pasar.

Tampaknya pasar sedang mencari sentimen negatif lainnya untuk membuat IHSG semakin terpuruk, selain dari faktor profit taking semata.

Menurutnya, kepanikan berlebihan dan masih ramainya asing menjual membuat IHSG tidak kuat bertahan lama di zona positif di awal pekan ini. Adanya berita positif dari Moody’s yang menaikkan outlook peringkat Indonesia dari stabil menjadi positif juga tidak serta merta diikuti dengan kenaikan signifkan IHSG.

Karena, lanjut Reza, terhalang dengan berita negatif dari krisis likuiditas yang terjadi di China. Selain itu, dari sisi internal pun juga memengaruhi laju IHSG terutama dari dampak kenaikan harga BBM yang merembet ke kenaikan biaya transportasi dan harga bahan pangan.

Sehingga menimbulkan kekhawatiran secara psikologis terhadap lonjakan inflasi. Pada hari-hari berikutnya, awan cerah yang menyelimuti bursa saham AS dan Eropa seiring dengan membaiknya data-data ekonomi AS mulai berimbas positif pada laju IHSG.

Begitu juga dengan membaiknya laju bursa saham Asia pasca terimbas sentimen negatif dari krisis likuiditas di China yang juga turut memberikan imbas positif bagi IHSG. Sehingga pelaku pasar pun memanfaatkan aura positif tersebut untuk banyak melakukan akumulasi beli.

Dari papan bursa terlihat, IHSG selama sepekan mengalami penurunan kenaikan +303,52 poin (+6,72 persen) atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang turun -245,37 poin (-5,15 persen).

Kenaikan ini juga terjadi pada indeks utama lainnya dimana indeks JII memimpin kenaikan +10,64 persen dan diikuti indeks LQ45 dan ISSI yang masing-masing melejit +9,20 persen dan 8,35 persen.

Di sisi lain, laju indeks sektoral pun ikut menghijau dengan kenaikan tertinggi dialami indeks infrastruktur, konsumer, dan manufaktur yang masing-masing naik +12,08 persen, +10,70 persen, dan +8,91 persen.

"Dengan posisi akhir yang berada di kisaran target resisten tersebut seharusnya membuka peluang untuk penguatan lebih lanjut. Namun kondisi ini juga harus dikonfirmasi dari sentimen yang ada," tutup Reza.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3214 seconds (0.1#10.140)