Penjual arang dan tusuk sate kebanjiran rejeki

Senin, 14 Oktober 2013 - 17:21 WIB
Penjual arang dan tusuk sate kebanjiran rejeki
Penjual arang dan tusuk sate kebanjiran rejeki
A A A
Sindonews.com - Jika kita mendengar hari raya Idul Adha atau hari raya kurban, tentu di benak kita terbesit satu hal, yakni sate. Yah, saat seperti ini memang sering dimanfaatkan masyarakat dengan menyate daging dari hasil pembagian hewan kurban.

Tak hanya fakir miskin yang merasa senang karena dapat memakan daging, momen ini juga menjadi berkah tersendiri bagi para penjual arang dan tusuk sate di Kota Semarang. Sebab, mereka mengaku kebanjiran rejeki dari hasil penjualan peralatan menyate itu.

Di Pasar Johar Kota Semarang misalnya, banyak sekali pedagang bermunculan yang menawarkan peralatan sate. Mulai dari panggangan, arang hingga tusuk sate berjajar di sepanjang lorong-lorong pasar terbesar di Kota Semarang itu.

“Kalau musim seperti ini, penjualan meningkat. Banyak orang yang mencari arang untuk menyate daging kurban,” kata Solekah,47, penjual arang di Pasar Johar asal Plamongan Indah Kota Semarang, Senin (14/20/2013).

Meski tidak menaikkan harga, Solekah mengaku mendapatkan keuntungan yang banyak saat seperti ini. Kenaikan penjualan arangnya saat hari raya kurban seperti ini bias mencapai 50 persen. Hal itu menurutnya menjadi rejeki tersendiri bagi dirinya dan keluarga.

“Lumayan, kalau biasanya sehari hanya menjual 7-10 karung arang, kali ini bias sampai 20 karung lebih. Biasanya saja jual eceran, yakni perbungkus plastik dengan harga Rp2.500 hingga Rp5.000,” imbuhnya sambil tersenyum.

Perempuan yang telah berjualan arang di Pasar Johar selama 22 tahun lebih itu mengaku bersyukur dengan hasil yang ia dapatkan dari berjualan arang itu. Sebab, hasil dari berjualan arangnya itulah yang selama ini menjadi penghasilan terbesar keluarga.

“Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah anak-anak, saya juga selalu menabung dari hasil penjualan arang ini. Uangnya untuk ibadah naik haji. InsyaAllah tahun 2015 sudah bisa naik haji dari hasil menabung ini,” pungkasnya.

Tak hanya Solekah, datangnya hari raya Idul Adha juga selalu dinantikan Suriah,40, penjual tusuk sate dan panggangan di Pasar Johar. Suriah mengaku selalu mendapatkan penghasilan lebih dari hasil berjualan peralatan menyate itu.

“Setiap datang hari raya kurban, saya selalu berjualan peralatan sate seperti ini. Hasilnya lumayan karena banyak sekali pembeli yang mencarinya,” ujarnya.

Sementara itu, Eni,42, warga Mugassari Kota Semarang yang kemarin terlihat membeli peralatan sate mengatakan, tradisi menyate memang selalu dilakukan keluarganya setiap tahun. Untuk itu, ia mengaku selalu menyempatkan diri membeli peralatan sate satu hari sebelum daging dibagikan.

“Kalau dapat daging selalu disate, soalnya anak-anak juga suka disate daripada di masak. Jadi untuk keperluan itu, saya selalu belanja peralatan sate seperti arang dan tusuk sate di sini. Soalnya kalau buat sendiri kan susah, jadi lebih praktis membeli saja,” kata dia sambil tertawa.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4126 seconds (0.1#10.140)