Inflasi di Australia Q4 lebih tinggi dari perkiraan

Sindonews.com - Inflasi di Australia mencapai 0,8 persen pada Oktober-Desember (Q4) 2013, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Para ekonom telah mengantisipasi kenaikan indeks harga konsumen (CPI), ukuran utama inflasi kuartalan sekitar 0,5 persen, setelah mencapai 1,2 persen dalam tiga bulan sebelumnya.

Biro Statistik Australia (Australian Bureau of Statistics/ABS) mencatat CPI naik 2,7 persen year-on-year (yoy), dari 2,2 persen pada Juli-September (Q3).

Tingkat tahunan ke arah pilihan Bank Sentral Australia (RBA) sebesar 2,0-3,0 persen, dan analis mengatakan itu bisa mencegah pemotongan tingkat suku bunga resmi, yang sudah berada di posisi terendah dalam sejarah.

"Saya pikir itu menempatkan pada penutupan pemotongan RBA lebih lanjut," kata kepala analis pasar Invast, Peter Esho, seperti dilansir dari AFP, Rabu (22/1/2014)

Biro statistik mengatakan, kenaikan paling signifikan untuk kuartal ini adalah dalam perjalanan domestik, liburan internasional, dan akomodasi yang terangkat oleh musim puncak harga.

Biaya buah dan sayuran juga melonjak akibat cuaca buruk dan kondisi pertumbuhan lemah di beberapa daerah, sedangkan bahan bangunan dan biaya tenaga kerja naik mendorong harga rumah baru. Satu-satunya penurunan yang signifikan adalah bahan bakar kendaraan.

RBA telah mempertahankan suku bunga sejak memotong tingkat sebesar 2,50 persen pada Agustus 2013, dalam upaya merangsang ekonomi.

Kepala ekonom AMP Capital, Shane Oliver menilai tingkat inflasi kembali mengejutkan terbalik, dengan 15 persen penurunan dolar Australia sepanjang tahun lalu muncul menjadi faktor pendorong harga yang lebih tinggi.

" Ini jelas hasil yang mengecewakan dan secara substansial mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga dari RBA, " jelas Oliver.