Defisit perdagangan Jepang 2013 tertinggi USD112 M

Senin, 27 Januari 2014 - 15:05 WIB
Defisit perdagangan Jepang 2013 tertinggi USD112 M
Defisit perdagangan Jepang 2013 tertinggi USD112 M
A A A
Sindonews.com - Defisit perdagangan Jepang membengkak ke rekor tertinggi sebesar USD112 miliar pada 2013, karena manfaat yen murah terhadap ekspor terbebani tagihan energi Fukushima.

Kementerian Keuangan Jepang mengemukakan, kekurangan dari 11,47 triliun yen menandai defisit terbesar sejak data pembanding dimulai pada 1979, dengan data Desember saja, dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Ekspor naik 9,5 persen menjadi 69,79 triliun yen pada tahun lalu, sebagai kenaikan pertama mereka dalam tiga tahun. Namun, hal ini diimbangi lonjakan impor sebesar 15 persen, tingkat tertinggi yang pernah ada sebesar 81,26 triliun yen.

Impor bahan bakar fosil telah melonjak akibat kesenjangan energi sejak krisis Fukushima 2011, memaksa penutupan reaktor nuklir yang menopang kebutuhan sepertiga dari energi negara.

Pada saat yang sama yen telah kehilangan sekitar seperempat dari nilainya terhadap dolar AS (USD) sejak akhir 2012, karena kebijakan moneter besar-besaran Perdana Menteri Shinzo Abe, melalui bank sentral (BoJ).

Taro Saito, ekonom senior di Perpusnas Research Institute mengatakan, dirinya memperkirakan defisit perdagangan Jepang akan berlanjut dalam beberapa waktu.

Ketika yen diperdagangkan sekitar 80 per USD dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan menggeser produksi dari Jepang ke basis yang lebih murah di luar negeri, sebuah langkah yang telah mengimbangi manfaat yen sekarang.

" Hal ini semakin sulit bagi Jepang untuk meningkatkan ekspor karena perusahaan telah menggeser banyak produksi mereka ke luar negeri. Jadi, persamaan yen lebih murah setara kenaikan ekspor, tidak terlalu benar lagi," jelas Saito.

Pekan lalu, Kepala BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan, pelonggaran moneternya telah memenangi perang melawan deflasi sebagai alasan pembuat kebijakan menahan mengumumkan langkah-langkah baru untuk merangsang ekonomi.

Keputusan setelah pertemuan kebijakan dua hari secara luas diperkirakan analis, BoJ akan meluncurkan kembali rencana pembelian aset pada akhir tahun ini, untuk melawan efek dari kenaikan pajak penjualan pada April 2014.

Kenaikan suku bunga dianggap penting untuk menurunkan utang nasional Jepang, yang telah memicu kekhawatiran perlambatan merusak permintaan konsumen.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3402 seconds (0.1#10.140)