IKM perak dan tembaga terkendala bahan baku

Selasa, 15 April 2014 - 15:04 WIB
IKM perak dan tembaga terkendala bahan baku
IKM perak dan tembaga terkendala bahan baku
A A A
Sindonews.com - Para perajin perak dan tembaga mengeluhkan harga bahan baku batangan perak dan tembaga. Sebab saat ini harga batangan perak dan tembaga relatif tinggi.

"Harga perak dan tembaga ini ikut dolar. Kalau dolar naik ya harga batangan perak dan tembaga ikut naik. Saat ini kurs dolar Amerika di atas Rp10.000, maka harga perak dan tembaga juga tinggi," kata Timbul Raharjo, salah seorang pengusaha kerajinan asal Kabupaten Bantul di sela acara Pameran Produk Unggulan Kabupaten Bantul di Plasa Pameran Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Jakarta, Selasa (15/4/2014).

Sebenarnya persoalan ini, kata Timbul yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini, sudah sering dialami para perajin. Namun pemerintah tidak pernah melakukan proteksi terhadap para pengrajin.

"(Kondisi seperti ini) sudah sering, karena harga perak itu ikut dolar. Perak itu disimpen saja untung. Industri logam di Juwana (Pati), Cepogo (Boyolali), Kotagede (Yogyakarta) sangat tergantung kepada harga dari perubahan dolar itu," kata Timbul.

Karena itu, Timbul meminta pemerintah untuk memberikan subsidi harga bahan baku tembaga dan perak yang akan digunakan para perajin.

"Pertambangan dalam negeri kita luar biasa, tapi hasilnya banyak yang diekspor. Kita tidak pernah dapat subsidi dari Pemerintah," katanya.

Biasanya, bahan baku itu diekspor, selanjutnya barang itu dimpor lagi ke Indonesia, sehingga harganya mahal. "Sehingga jangan heran apabila harga tembaga dan perak kita kalah dengan Vietnam," katanya.

Lantaran bahan bakunya yang mahal, maka hasil kerajinan perak dan tembaga asal Indonesia sulit bersaing di pasar Eropa atau Amerika. "Pasar ekspor kita ke Malaysia, Singapura, dan Brunei. Kalau ke Eropa kita kalah dengan China," katanya.

Timbul mengatakan produk kerajinan tembaga dan perak ini masih tertolong dengan pasar dalam negeri yang makin hari makin besar.

"Beruntung pasar dalam negeri kita besar. Produk asal Kotagede banyak yang kita jual ke Bali. Biasanya yang beli para turis asing dalam jumlah banyak dan kemudian dipasarkan lagi di negaranya masing-masing," katanya.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saidah mengakui kalau harga batangan perak dan tembaga sangat mahal. Karena itu, pihaknya mengimbai agar perusahaan pertambangan bersedia mengalokasikan produksinya untuk para pengrajin di dalam negeri.

"Harusnya ada pengaturan. IKM harus didahulukan. Seperti gondorukem juga dulu juga begitu. IKM minta supaya ada perhatian dari penyedia bahan baku agar menyisihkan untuk kepentingan industri dalam negeri," kata Euis.

Kendati demikian, kata Euis, para perajin di Yogyakarta dan sekitarnya mengganti bahan baku perak dan tembaga ini dengan tembaga yang dihasilkan para penambang rakyat yang ada di Yogyakarta.

"Mereka olah batu yang mengandung perak untuk kemudian dijadikan bahan baku kerajinan. Ini bisa menggantikan batangan perak yang harganya saat ini mahal," katan Euis.

Pada kesempatan itu, Euis mengakui kalau saat ini banyak perhiasan perak asal China yang masuk ke Indonesia. Ini terjadi lantaran perhiasan perak asal Negeri Tirai Bambu itu harganya relatif murah.

Namun Euis menyangsikan kalau perhiasan itu menggunakan bahan baku perak asli. "Saya yakin bahannya bukan perak asli, itu karena teknologi sehingga mirip perak. Mereka sudah fabrikasi," katanya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5518 seconds (0.1#10.140)