PPI Akan Kirim Rekomendasi ke Pemerintah Soal AEC

Selasa, 24 Juni 2014 - 14:28 WIB
PPI Akan Kirim Rekomendasi ke Pemerintah Soal AEC
PPI Akan Kirim Rekomendasi ke Pemerintah Soal AEC
A A A
JAKARTA - Forum Pemuda Pelajar Indonesia dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) telah menggelar simposium internasional bertema "Menyongsong ASEAN Comunity 2015: Rekontruksi Indonesia Tangguh".

Dalam pertemuan selama tiga hari itu membahas sejumlah agenda yang akan diusung ASEAN Economic Community (AEC). Di antaranya politik-keamanan, ekonomi dan sosial-budaya.

"Alhamdulillah kegiatan kita telah selesai di laksanakan dengan menghasilkan 18 rekomendasi untuk pemerintah dalam menghadapi ASEAN Comunity 2015. Kita akan serahkan rekomendasi tersebut ke pemerintah yang baru," kata ketua Sterring Committee, Rahmat Sholeh dalam rilisnya kepada Sindonews, Selasa (24/6/2014).

Mereka berharap, siapa pun pemimpinnya hasil simposium ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah baru dalam mengambil kebijakan.

Pemerintah diminta menggenjot perbaikan di semua lini guna menghadapi AEC, karena Indonesia dinilai masih kalah dari negara tetangga dalam menyambut AEC.

Anggota PPI asal Thailand Aldian Farabi mengatakan, Thailand sejak enam tahun lalu telah mempersiapkan diri untuk menghadapi AEC. "Thailand contohnya, sudah diajarkan Bahasa Indonesia secara masif bekerja sama dengan banyak perguruan tinggi," ujar Aldian.

Menurutnya, Thailand ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial dari berbagai produk pertanian dan pariwisata terutama di bidang tenaga kerja pariwisata.

"Mereka menilai Indonesia menjadi pasar paling besar di ASEAN bagi berbagai produk pertanian Thailand selain Vietnam," ujarnya.

Bahkan, lanjut dia, Thailand sudah melakukan pemetaan pasar dan investasi di Indonesia. Sebagian besar produk yang dihasilkan dipakai untuk pemenuhan kebutuhan atau konsumsi. Selebihnya untuk investasi pasar di beberapa negara di ASEAN.

Sementara, anggota PPI Malaysia Stevadi Zaki Halim mengatakan, banyak negara ASEAN yang membidik Indonesia sebagai pasar potensial untuk memasarkan produk-produknya.

"Itulah sebabnya Indonesia harus kuat mempertahankan kualitas produk dalam negeri dan persaingan SDM," tekan Zaki.

Di Malaysia misalnya, beberapa TKI formal sektor industri sudah banyak mendapatkan pengakuan. Beberapa produk Indonesia juga menjadi mahal seperti kain tenun dan batik.

Selebihnya, Indonesia masih kalah dibanding dengan negara-negara lainnya. Pada saat yang sama, Indonesia hanya dipakai sebagai pasar yang menguntungkan bagi negara lain.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0875 seconds (0.1#10.140)