Anomali Cuaca Ancam Panen Kakao di Jabar Mundur

Minggu, 10 Agustus 2014 - 17:59 WIB
Anomali Cuaca Ancam Panen Kakao di Jabar Mundur
Anomali Cuaca Ancam Panen Kakao di Jabar Mundur
A A A
BANDUNG - Anomali cuaca yang terjadi akhir-akhir ini, sedikit banyaknya berpengaruh pada panen buah kakao di Jawa Barat (Jabar). Akibatnya, panen kakao diprediksi akan mundur dan berpotensi membuat para petani alami kerugian besar.

Koordinator National Reference Group (NRG) on Kakao Jawa Barat Iyus Supriatna mengatakan, biasanya masa panen kakao berlangsung pada bulan Maret-Juni serta Agustus-Desember. Anomali cuaca mengakibatkan panen bergeser ke bulan Mei-Agustus dan Oktober-Februari.

"Buah kakao yang sudah tua tidak bisa langsung dipanen akibat dari perubahan iklim yang terus terjadi. Proses pengeringan juga tidak maksimal dan berpotensi muncul jamur dan membusuk akibat lambat dikeringkan," ujarnya, Minggu (10/8/2014).

Saat ini, kata dia, buah kakao mentah yang telah dipetik, kemudian dibelah, bijinya masih bercampur dengan serat buah, sehingga perlu dipanaskan dalam waktu 2-3 hari.

"Kalau waktunya lebih dari tiga hari, jamur berwarna keputih-putihan akan muncul yang berpotensi jadi busuk. Selain yang busuk, masih banyak buah kakao yang akan berbunga terganggu sehingga belum bisa dipanen," katanya.

Iyus berharap, pemerintah bisa membantu para petani dengan memberikan lebih banyak lagi pengering serta memberikan transfer teknologi agar ke depan tidak terjadi lagi kemunduran panen.

"Di masa lalu, sekitar tahun 1998 pembinaan sangat intens diberikan oleh pemerintah kepada para petani kakao di Jabar, terutama di Ciamis sebagai sentra produksi terbesar," ungkapnya.

Menurutnya, pada saat itu banyak bibit unggul kakao yang disebar oleh pemerintah untuk ditanam pada lahan seluas 36 ribu hektare (ha). Untuk kemudian, pada tahun 2003 para petani baru bisa memanen kakao dengan harga yang cukup mahal.

"Jumlah lahan kakao pada saat itu bertambah menjadi 70 ribu ha. Sumbernya dari hasil swadaya petani dan membuat produksi kakao meningkat begitu tajam. Namun sayang, lahan yang tadinya tergarap menjadi terbengkalai karena kurangnya pembinaan dari pemerintah," tuturnya.

Menurut Iyus, kualitas biji kakao Indonesia terbaik ketiga dunia di bawah Pantai Gading dan Ghana. Saat ini, katanya, harga kakao di dunia relatif tinggi pada kisaran USD3-USD5 per kilogram (kg).
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5206 seconds (0.1#10.140)