Transaksi Non Tunai di Jatim Meningkat

Kamis, 21 Agustus 2014 - 19:00 WIB
Transaksi Non Tunai di Jatim Meningkat
Transaksi Non Tunai di Jatim Meningkat
A A A
SURABAYA - Jumlah transaksi non tunai di Jawa Timur (Jatim) mengalami peningkatan sebesar 9,36%. Untuk triwulan I/2014, jumlah transaksi mencapai Rp56,86 triliun, naik menjadi Rp62,18 triliun untuk triwulan II.

Transaksi ini diprediksi akan mengalami peningkatan secara terus menerus. Karena, kesadaran masyarakat menggunakan transaksi uang non tunai semakin tinggi. Apalagi Bank Indonesia (BI) terus melakukan kerja sama dengan kampus untuk meningkatkan kesdaran transaksi non tunai.

"Kampus Unair menjadi lokasi pertama sosialisasi proses transaksi non tunai. Kami yakin akan berhasil di Jatim," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wililayah IV Jatim Hamid Ponco Wibowo di Unair, Surabaya, Jumat (21/8/2014).

Hamid mengatakan, jumlah transaksi bakal naik terus, begitu juga transaksi RTGS pada triwulan II/2014 sebesar Rp463,53 triliun, meningkat 35,49% dibandingkan triwulan I/2014 sebesar Rp342,13 triliun.

Perkembangan pembayaran non tunai juga diikuti nasional. Pada triwulan II/2014 transaksi non tunai secara nasional (kliring, RTGS, uang elektronik, kartu kredit, kartu ATM/debet) pada triwulan II/2014 mencapai Rp24.748 triliun, meningkat 1,13% dibandingkan triwulan I/2014 yang sebesar Rp24.472 triliun.

Peningkatan ini terjadi pada transaksi kliring, RTGS, uang elektronik, kartu kredit, kartu ATM, dan kartu ATM/Debet dengan terbesar pada kartu kredit (11,95%), uang elektronik (11,23%), dan kartu ATM/debet (7,29%).

"Transaksi ini lebih aman dibandingkan cash, karena berbentuk kartu," ujarnya.

Peningkatan transaksi non tunai baik di Jawa Timur maupun nasional menunjukkan adanya pergeseran pola kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi, dari pembayaran secara tunai menjadi non tunai.

Meski demikian, BI merasa perlu lebih meningkatkan lagi transaksi non tunai. Untuk itu BI pada 14 Agustus 2014 mencanangkan GNNT (Gerakan Nasional Non Tunai).

GNNT ini ditandai dengan penandatangan nota kerja sama tiga bank BUMN yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI, sehingga produk kartu ke-3 bank akan dapat digunakan pada EDC dari ketiga bank.

Kerja sama ini bertujuan mempermudah infrastruktur transaksi non tunai berupa EDC Link yang akan menghubungkan 50 juta nasabah ke-3 bank tersebut.

Atas kerja sama ini maka biaya bank, merchant, dan nasabah dapat ditekan menjadi lebih efisien. Kerja sama ini pada tahap awal akan diterapkan pada 10 merchant besar di Indonesia, dan selanjutnya secara bertahap akan terjadi pergantian EDC yang lama menjadi EDC Link.

"GNNT bertujuan mengurangi penggunaan uang tunai sehingga akan mengurangi biaya mencetak, mendistribusikan, dan mengelola uang yang mencapai Rp3 triliun per tahun," ujar dia.

Selain itu, juga untuk meningkatkan efisiensi usaha, mengurangi peredaran uang palsu. Termasuk mendukung transparansi dalam arus perputaran uang yang pada akhirnya akan mengurangi kebocoran anggaran atau tindakan korupsi lainnya yang biasanya dilakukan secara tunai.

Dalam kampanye ini tidak hanya terfokus pada uang elektronik. Namun, juga pada transaksi non tunai lainnya seperti menggunakan kartu kredit, kartu ATM, kartu ATM/debet, melalui kliring dan RTGS.

Namun, karena alat dan sarana transaksi non tunai sudah lebih dahulu ada, maka uang elektronik menjadi salah satu produk baru yang diperkenalkan sebagai alat dan sarana transaksi non tunai.

Dengan uang elektronik, masyarakat atau mahasiswa dapat bertransaksi non tunai tanpa perlu memiliki rekening di bank, tanpa biaya administrasi, tanpa minimum transaksi, dan tanpa minimum saldo.

Bahkan uang elektronik dapat digunakan bertransaksi pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan perbankan karena memungkinkan dapat bertransaksi pada agen-agen individu.

"Kampus lah yang menjadi bidikan kami, meski kami menyasar segmen semua masyarakat," ucapnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5233 seconds (0.1#10.140)