Pembatasan BBM Subsidi Dikhawatirkan Pengelola SPBU

Kamis, 21 Agustus 2014 - 20:33 WIB
Pembatasan BBM Subsidi Dikhawatirkan Pengelola SPBU
Pembatasan BBM Subsidi Dikhawatirkan Pengelola SPBU
A A A
CIREBON - Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh PT Pertamina (Persero) mencemaskan beberapa pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Cirebon maupun Kabupaten Cirebon.

Mereka khawatir akan reaksi masyarakat atas kebijakan yang diberlakukan sejak Selasa (19/8/2014) ini.

"Pembatasan BBM bersubsidi pasti membuat antrean di setiap SPBU. Antrean ini yang bisa menjadi persoalan bagi pengelola SPBU," ungkap Wakil Direktur SPBU 34.45128 Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Rita Rastiman, Kamis (21/8/2014).

Pasca pemberlakuan pembatasan BBM bersubsidi, SPBU miliknya hanya mendapat jatah 8.000 liter/hari, baik untuk premium maupun solar. Sebelum pembatasan, pihaknya menerima 24.000 liter/hari untuk premium dan 16.000 liter/hari untuk solar.

Rata-rata setiap hari pihaknya menghabiskan 10.000-12.000 liter/hari. Meski pembatasan BBM disosialisasikan sebelum diberlakukan, pihaknya tak menyangka besaran pemberian dari Pertamina hanya 8.000 liter setiap bongkar.

Padahal, kebutuhan solar di SPBU miliknya tergolong tinggi karena terdapat nelayan dari kawasan Kapetakan dan Kabupaten Indramayu di antara para konsumennya.

"Dua tahun lalu, SPBU ini pernah didatangi warga yang protes akibat stok BBM habis. Kami khawatir protes serupa akan terjadi lagi," kata dia.

Kepala SPBU milik PT Pertamina di Jalan Brigjen Dharsono, Kota Cirebon Yusuf mengakui, jatah yang diberikan Pertamina tidak mencukupi. Pihaknya berharap, situasi ini tidak meresahkan masyarakat dan menimbulkan situasi tak diinginkan. "Kami memaklumi kebijakan itu mengingat situasinya," ujarnya.

Dia menerangkan, stok BBM bersubsidi tahun ini sebanyak 46 juta kilo liter telah terpakai 60%. Makan, pembatasan dilakukan Pertamina sebagai bentuk pengendalian sisa stok yang tersedia agar sampai pada akhir Desember 2014.

Stok BBM bersubsidi tahun ini lebih sedikit dibanding tahun lalu yang sebesar 48 juta kilo liter.

Sementara, pembatasan BBM bersubsidi di SPBU tak memengaruhi harga premium eceran secara signifikan. Namun, sejak kebijakan itu diberlakukan penjual premiun eceran mengaku jumlah konsumen meningkat.

"Sejak stok BBM bersubsidi di SPBU dibatasi, yang membeli premium eceran bertambah. Biasanya satu jeriken berisi 35 liter premium yang saya sediakan dalam 2-3 hari baru habis, sekarang satu hari sudah ludes," ungkap salah seorang pedagang premium eceren di Jalan Banteng, Kota Cirebon.

Dia memperoleh premium untuk diecer dari SPBU, dan sejauh ini menurutnya masih mudah diperoleh. Apalagi, dirinya memiliki izin untuk menjual eceran.

Yanto menjual premium bersubsidi sebesar Rp7.000/liter, dan terkadang menaikkannya Rp7.500/liter dalam situasi sekarang.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8634 seconds (0.1#10.140)