Cerita Bos BP Jamsostek dan Sopir Taksi Soal Kesejahteraan

Rabu, 17 September 2014 - 11:24 WIB
Cerita Bos BP Jamsostek dan Sopir Taksi Soal Kesejahteraan
Cerita Bos BP Jamsostek dan Sopir Taksi Soal Kesejahteraan
A A A
KEKAYAAN tidak selalu berbanding lurus dengan kesejahteraan. Namun, kesejahteraan selalu tergantung dari hati dan pemikiran.

Itulah ungkapan Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) Elvyn G Masassya dalam peluncuran bukunya yang bertajuk "60 Rahasia Menuju Sejahtera" di Jakarta, Rabu (17/9/2014).

Buku yang dieditori oleh pengamat perbankan Eko B Supriyanto, itu merupakan kumpulan tulisan Bos BP Jamsostek sejak tahun 1999.

"Sebenarnya ada 61 Rahasia Menuju Sejahtera, tetapi untuk kepentingan publikasi, akhirnya dijadikan 60 rahasia saja. Sebenarnya ini bermula dari Mas Eko yang merupakan kawan lama saya menanyakan kapan mau menulis buku lagi. Saya bilang nggak punya waktu. Akhirnya biar saya yang tulis dan jadilah buku 60 Rahasia menuju Sejahtera ini," papar Elvyn.

Menurut Elvyn, saat berpergian ke Nepal, dia menumpang sebuah taksi dan terlibat pembicaraan dengan sopir taksi tersebut. Dalam pembicaraan tersebut Elvyn menangkap pesan bahwa kesejahteraan bukan masalah kekayaan tetapi pola pikir.

Dalam percakapan tersebut, sang sopir taksi mengatakan bahwa hanya dengan gajinya yang sekitar USD100 atau setara Rp1,19 juta (kurs Rp11.900) per bulan, dia merasa cukup untuk kebutuhan selama sebulan. Dengan pendapatannya tersebut sebesar USD80 atau sekitar Rp952.000 untuk membayar rumah dengan lima anaknya dan sisanya untuk makan.

Yang mengherankan Elvyn, sang sopir merasa beruntung dengan pendapatan sekecil itu. Pasalnya, di Nepal masih banyak yang penghasilannya lebih kecil daripada dirinya.

"Jadi, dia merasa kaya karena masih ada orang yang lebih kecil pendapatannya. Jadi, kekayaan tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan," tegasnya.

Untuk itu, Elvyn mengajak masyarakat untuk berpola pikir agar sejahtera itu dengan merasa cukup. "Kalau dia masih ingin beli Lamborghini untuk pencitraan diri, maka dia masih miskin karena masih memerlukan mobil untuk menaikkan status dirinya," ungkap Elvyn.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4673 seconds (0.1#10.140)