Harga Cabai tanjung di Bandung Naik 50%

Jum'at, 31 Oktober 2014 - 06:11 WIB
Harga Cabai tanjung di Bandung Naik 50%
Harga Cabai tanjung di Bandung Naik 50%
A A A
BANDUNG - Harga cabai merah tanjung atau TW di beberapa pasar tradisional di Bandung naik signifikan, lebih dari 50%.

Salah satu komoditi kebutuhan rumah tangga ini melonjak tinggi harganya dari Rp32.000/kg menjadi Rp50.000/kg.

"Kenaikan hingga Rp50.000/kg bukan pertama kali. Sebab, saat momen Idul Adha beberapa waktu lalu harganya sempat menyentuh angka tersebut," kata salah seorang pedagang di Pasar Kosambi Bandung Dana kepada wartawan, Kamis (30/10/2014).

Dia belum mengetahui secara pasti mengenai penyebab pasti kenaikan harga cabai TW ini. Tetapi dia memperkirakan kenaikan harga ini disebabkan terjadinya kekurangan stok di tingkat petani.

"(Stok) Dari petaninya sedang kosong, sehingga harga di tingkat petani sudah naik yang menyebabkan harga di pasaran pun ikut naik," ujarnya.

Akibatnya, penjualan cabai TW ini menjadi sepi. Kondisi ini membuat para pedagang tidak menyediakan stok yang banyak melihat kondisi penjualan yang tidak menggembirakan.

"Sampai tidak ada sama sekali yang beli sih tidak. Tetapi karena kenaikan harga ini membuat para pembeli hanya membeli sedikit, yang tadinya satu kilogram menjadi seperempat kilogram," ungkapnya.

Kenaikan tidak hanya dialami cabai tanjung merah, cabai tanjung hijau pun mengalami kenaikan. Namun tidak terlalu tinggi seperti harga cabai tanjung merah.

"Kenaikannya tidak terlalu tinggi, sekarang harganya Rp40.000/kg," sebutnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat (Disperindag Jabar) Ferry Sofwan Arief menyebutkan, kenaikan harga cabai tanjung atau TW disebabkan kurangnya pasokan karena panen yang berakhir pada musim kemarau lalu.

"Setelah berakhirnya panen, saat akan menanam lagi lahan masih kering. Ketika air masih banyak dan petani memiliki kesempatan untuk menanam, hujan mulai turun dan menggugurkan bunganya," kata dia.

Pihaknya mengakui, pasokan komoditas pertanian di Jabar bergantung pada kondisi alam. Cuaca yang kurang bersahabat akan berakibat pada hasil pertanian yang kurang maksimal.

"Karena kondisinya demikian, kami berupaya dalam hal pemberian informasi di daerah mana yang memiliki stok lebih. Mereka didorong untuk menyalurkan stoknya ke pasar terutama pasar induk Caringin," tuturnya.

Dia mengatakan, kebutuhan cabai di Jabar terutama di Bandung tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga untuk kebutuhan rumah makan yang banyak tersebar di 'kota kembang'.

"Di sisi lain, banyak petani yang sudah melakukan kontrak dengan industri besar untuk keperluan cabai dalam kemasan. Hal ini membuat fokus distribusi cabai menjadi terbagi," katanya.

Ferry menyebutkan, kebutuhan cabai di Jabar banyak disuplai dari daerah Banyuwangi. Sementara kabupaten penghasil cabai di Jabar seperti Majalengka, Bandung, atau Garut banyak menyuplainya ke Jakarta.

"Ironis memang, tetapi ini kan sudah era perdagangan bebas, perdagangan antar provinsi. Tidak lagi terbatas perdagangan dalam provinsi. Pemenuhan kebutuhan cabai dari luar provinsi tidak bisa dihindari," imbuhnya.

Berbeda halnya dengan cabai tanjung merah dan hijau yang naik, harga cabai keriting justru turun hingga 50%. Jika sebelumnya cabai keriting dijual dengan harga Rp40.000/kg, kini dijual dengan harga setengahnya atau Rp20.000/kg.

Penurunan harga juga terjadi pada komoditas tomat dan kentang. Tomat dijual dengan harga Rp7.000/kg, sebelumnya Rp10.000/kg. Sedangkan kentang yang sebelumnya dijual dengan harga Rp13.000/kg, kini hanya Rp11.000/kg.

Begitu pula dengan harga bawang putih dan bawang merah turun. Awalnya kedua komoditas ini dijual dengan harga Rp24.000/kg, kini masing-masing dijual Rp17.000/kg.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3609 seconds (0.1#10.140)