Kereta Api Transportasi Idaman Tepat Waktu, Nyaman dan Murah

Jum'at, 28 November 2014 - 19:30 WIB
Kereta Api Transportasi Idaman Tepat Waktu, Nyaman dan Murah
Kereta Api Transportasi Idaman Tepat Waktu, Nyaman dan Murah
A A A
PT Kereta Api Indonesia (KAI) terus melakukan pembenahan diri untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat. Di tengah pembenahan tersebut, banyak sekali kritikan dan kadang hujatan yang disampaikan masyarakat.

Kereta api dalam bentuk apapun pasti tetap menjadi primadona masyarakat untuk melakukan perjalanan baik ke kantor maupun ke kampung halaman. Apalagi kalau menjelang liburan atau Hari Raya Idul Fitri.

Oleh karena itu, Ignasius Jonan yang dulu menjabat sebagai Dirut PT Kereta Api Indonesia pernah mengungkapkan, “Di masa lalu, perubahan itu seperti tak dibutuhkan. Toh, penumpang tetap menjadikan kereta api sebagai angkutan favorit.” Namun, Jonan ingin semua itu berubah.

Apa yang dikatakan Jonan ternyata benar. Walaupun masih ada masyarakat yang sering menggunakan kereta api tak pernah mempedulikan perubahan yang terjadi di jalur baja ini. Akan tetapi, masyarakat lainnya yang tak pernah menggunakan transportasi ini merasa ada angin segar dan ingin beralih ke kereta api. Karena selain murah, kereta api tepat waktu juga nyaman. Tidak seperti dulu harus berdesak-desakkan.

Sebelumnya, banyak masyarakat yang apatis ingin menggunakan jalur baja ini karena terkesan banyak copet, waktunya sering molor, apalagi ditambah banyak pedagang yang berkeliaran di dalam kereta api. Bahkan binatang peliharaan yang hendak dijual pun masuk ke kereta penumpang. Herannya lagi, tangga bambu pun ikut naik ke dalam kereta api.

Padahal, ketika pertama kali bergabung dengan KAI, Jonan mengatakan, “Hanya satu perubahan yang saya inginkan, mengalihkan (arah) organisasi ini dari product-oriented ke customer oriented.” Ia ingin seluruh jajaran PT KAI berusaha membuat pelanggan lebih puas atas pelayanan KA.

Akhirnya, hasil kerja keras yang selama ini dilakukan, telah membuahkan hasil dan yang paling fenomenal adalah sejumlah stasiun dipermak sampai kinclong. Stasiun Gambir tampil lebih nyaman dan bersih. Salah satu caranya adalah dengan membebaskan Gambir dari kereta Commuter Jabodetabek. Stasiun ini hanya melayani kereta jarak jauh eksekutif. Penentuan operator taksi resmi di stasiun memunculkan kenyamanan bagi pengguna kereta.

2
Selain itu, terlihat juga perbaikan di sejumlah stasiun, terutama di Jabodetabek. Lambat laun pedagang liar yang menyesaki stasiun menipis. Stasiun Sudirman menjadi yang terbaik dari 60 stasiun di Jabodetabek. PT Kereta Api Indonesia berambisi membuat semua stasiun seperti Stasiun Sudirman.

Terobosan lain, pada Angkutan Lebaran 2012, identitas yang tertera di tiket harus sama dengan kartu identitas dan tak ada pengantar yang masuk peron. Okupansi penumpang harus 100%. Dengan kata lain, 1 penumpang 1 tempat duduk.

Tidak hanya itu saja, sistem IT diterapkan dan ini yang memudahkan masyarakat menggunakan jasa transportasi kereta api. Segala sesuatunya berpedoman pada teknologi yang berhasil meningkatkan pelayanan serta kinerja KA.

Segala hal yang berkaitan dengan operasional KA dilaporkan melalui fasilitas surat elektronik atau email. Dari pesan tiket, jumlah penumpang yang diangkut, gangguan, kecelakaan, ketepatan dan keterlambatan, hingga jumlah perokok di stasiun dan di rangkaian KA yang ditegur diinformasikan melalui teknologi. Semua dilaporkan dengan detail.

Seluruh jajaran PT KAI menginginkan peningkatan kualitas pelayanan, keselamatan, kenyamanan dan ketepatan waktu sebagai prioritas. Inilah yang menjadi patokan PT KAI yang disebut sebagai empat pilar utama.

PT Kereta Api Indonesia menyadari sepenuhnya pilihan prioritas ini bukan sesuatu yang mudah untuk diwujudkan. Contohnya, aspek pelayanan. Aspek mendasar dari service company itu sudah terlalu lama diabaikan. Carut marut sudah identik dengan KA, sehingga banyak kalangan apatis dan menilai KA tidak mungkin bisa berubah. Yang paling mudah diingat dan sudah melekat di benak publik adalah pemandangan angkutan massal itu saat peak season, seperti Hari Raya Idul Fitri.

Baik arus mudik maupun arus balik KA disuguhkan dengan pemandangan penumpang yang berjubel di peron dan ruang tunggu. Berdesakan di pintu kereta dan berhimpitan di dalam kereta adalah hal yang sudah dianggap lumrah di setiap pelaksanaan angkutan Lebaran setiap tahun. Bahkan, foto utama media-media cetak hari-hari itu, juga gambar-gambar berita televisi adalah perjuangan dramatis calon penumpang untuk bisa terangkut rangkaian kereta.

Penumpang yang diangkut jauh melebihi jumlah tempat duduk sehingga banyak yang harus berdiri berjejal-jejal. Belum lagi toilet yang bau dan sangat tidak higienis, plus ketidakpastian jadwal berangkat dan tiba. Tidak ada kenyamanan, tidak ada jaminan keamanan. Lengkaplah sudah kesemrawutan itu.

Sungguh bentuk pelayanan yang tidak manusiawi. Tapi itu dulu, saat ini semua lapisan manajemen KAI, bahu membahu menjalankan roda bisnisnya. Tak serta merta hanya mengejar penghargaan dan keuntungan belaka, karena keuntungan untuk angkutan penumpang saja tidak bisa diharapkan mendatangkan keuntungan yang lebih besar.

PT Kereta Api Indonesia bukan mengejar penghargaan, namun mengejar pelayanan. Seperti saat sudah melengkapi kereta ekonomi dengan AC. Ini merupakan suatu kepuasan tersendiri, bagaimana melihat masyarakat, dengan hidup yang pas-pasan naik kereta dan dilayani dengan baik. Kalau dulu melihat masyarakat menengah bawah naik kereta sangat sulit. Mereka menempatkan diri mereka di toilet dan tempat-tempat yang memang tidak pantas untuk mereka, “No One Care”.

Maksimalkan Sisi Pelayanan


1
Sebagai perusahaan yang mengelola perkeretaapian di Indonesia, KAI telah banyak mengoperasikan KA penumpangnya meliputi, KA Utama (Komersil & Non Komersil), KA Lokal di Jawa dan Sumatera, yang terdiri dari KA Eksekutif, KA Ekonomi AC, KA Bisnis, KA dengan kelas Campuran, dan KRL. Selain KA penumpang, KAI juga menyediakan kereta barang yang meliputi komoditi angkutan, seperti Peti Kemas untuk barang paletisasi, insulated and refrigerated containers, standard containers, hard-top containers, open-top containers, flatracks, platforms (plats), ventilated containers, bulk containers, dan tank containers.

Sedangkan untuk barang curah liquid atau cair, berupa BBM, CPO, semua bahan kimia cair yang tidak korosif, minyak goreng, air mineral, dan lain-lain. Pada barang curah, KAI mengangkut batubara, pasir, semen, gula pasir, pupuk, beras, kricak, aspal, klinker, dan lain-lain.

Sementara itu, untuk KA retail, KAI memfokuskan pengangkutan barang elektronik serta hasil produksi pabrik yang sudah terpaket, barang kiriman hantaran dan barang potongan. Ditambah lagi untuk barang packaging, dimana KAI mengangkut angkutan berupa semen, pupuk, gula pasir, beras, dan paletisasi.

Pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 129 stasiun KA untuk penumpang dan barang yang tersebar di beberapa kota besar di Pulau Sumatera. Lintasan rel KA di Pulau Sumatera masih belum terhubungkan.

Selain angkutan CPO di Sumatera Utara, KAI juga banyak mendapatkan income dari angkutan batubara di Sumatra bagian Selatan. Masih di wilayah Sumatera Selatan, KA ikut berperan dalam angkutan barang pulp (bahan baku kertas) hasil produksi PT Tanjung Enim Lestari (TEL) Pulp dan Paper.

Perusahaan yang bergerak di produk bubur kertas sebagai bahan baku pembuatan kertas dan tissue ini memiliki gudang dan dermaga sendiri di Tarahan, Lampung Selatan. Untuk kelancaran pengiriman pulp dari pabriknya yang berada di Niru, Muaraenim ke Tarahan untuk ekspor dan pemasaran di dalam negeri, maka pengangkutan dengan KA jauh lebih efisien baik dalam waktu, daya angkut dan biaya.

Pendapatan terbesar KAI memang dari angkutan barang dan kereta penumpang jarak jauh. Keduanya masing-masing menyumbang 45 persen. Margin keuntungan angkutan barang juga yang paling tinggi, berkisar 10 persen.

PT KAI juga berhasil menambah jumlah kereta. Jika pada awal 2009 hanya 350 unit, kini mencapai 608 unit. PT KAI melalui anak perusahaannya, PT Railink telah mengoperasikan KA Bandara Kualanamu, Medan pada 25 Juli 2013. Ini adalah kereta bandara yang pertama di Indonesia.

Subsidi Bukan Jalan Keluar

Saat ini untuk subsidi yang berasal dari pemerintah dan diterima oleh KAI nilainya sangat kecil sekali, hanya berkisar di angka Rp700 miliar. Sebenarnya kebutuhan subsidi tidak dibutuhkan oleh KAI, namun hal tersebut dikembalikan kepada masyarakat sendiri untuk menikmati dan memakai pelayanan yang diberikan oleh KAI.

Jumlah penumpang dahulu terlihat lebih banyak dibandingkan dengan saat ini. Karena memang jumlah penumpang saat ini ditentukan sebanyak jumlah kursi yang tersedia. Namun, perubahan yang cukup signifikan tersebut, tidak mengurangi pendapatan yang KAI.

Dahulu banyak penumpang KA, banyak juga yang tidak membayar tiket. Maka memang tidak jelas pemasukan yang diterima oleh KAI. Beda dengan saat ini, penumpang yang naik kereta sudah ditentukan oleh jumlah kursi yang telah disediakan dan membayar tiket melalui Rail Ticketing System. Semua pengeluaran dan pemasukan yang diterima oleh KAI jelas terdata.

Beri Penghargaan Pada Karyawan

KAI terus memberikan edukasi kepada masyarakat dengan membuat orang terbuka melalui para karyawannya. Melalui hal ini, KAI memberikan penghargaannya kepada 1 dari 25 karyawannya untuk dikirim ke luar negeri. Lebih dari 1.000 karyawan telah dikirim ke negara China untuk merasakan kemajuan perkeretaapian di sana.

Semuanya itu tidak melihat pangkat. Bahkan Penjaga Terowongan seperti halnya penjaga Terowongan Karangkates sudah diberangkatkan.

Para karyawan yang telah dikirim antara lain dari masinis terbaik, kondektur terbaik, penjaga terowongan terbaik bahkan untuk PPJ atau Petugas Pemeriksaan Jalan kereta terbaik dikirim untuk merasakan naik kereta tercepat di dunia. [berbagai sumber/info]
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0507 seconds (0.1#10.140)