BI Prediksi Ekonomi Kepri 2014 Tumbuh 6,4%

Sabtu, 29 November 2014 - 09:59 WIB
BI Prediksi Ekonomi Kepri 2014 Tumbuh 6,4%
BI Prediksi Ekonomi Kepri 2014 Tumbuh 6,4%
A A A
BATAM - Bank Indonesia (BI) Kepri memprediksi pertumbuhan ekonomi kawasan ini hingga akhir 2014 mencapai dalam kisaran 6,2%-6,4%.

Hal itu didorong faktor eksternal penguatan ekonomi global, belanja pemerintah hingga dunia usaha yang mulai tancap gas di triwulan IV.

Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra mengungkapkan faktor positif dari sisi eksternal pertumbuhan Kepri pada tahun ini didukung pemulihan ekonomi global terutama permintaan ekspor dari AS dan peningkatan ekonomi di Eropa.

"Di triwulan IV/2014 juga ada penguatan, sehingga secara tahunan kami prediksi pertumbuhan Kepri berkisar 6,2%6,4%. Ekonomi global juga memengaruhi karena Kepri juga sudah sangat terbuka, kalau ekonomi global turun kita juga turun," ujarnya, Jumat (28/11/2014).

Gusti menjelaskan kondisi ekonomi global yang mulai pulih membawa dampak positif terhadap kinerja ekspor Kepri seiring perkiraan peningkatan permintaan ekspor ke AS yang telah mencabut stimulusnya.

Pemulihan kondisi ekonomi juga terjadi di Eropa. Namun Jepang dan China justru masih terjadi stagnansi.

Adapun faktor lain pendorong ekonomi Kepri yakni penguatan konsumsi pemerintah yang akan terjadi di tiga bulan terakhir 2014.

Sementara konsumsi rumah tangga justru diperkirakan melambat akibat penurunan daya beli pasca kenaikan harga BBM setelah mempengaruhi inflasi.

Kenaikan realisasi belanja pemerintah pada tiga bulan terakhir ini melihat realisasi belanja yang masih rendah pada periode triwulan III yakni sebesar 44,06%.

"Di triwulan IV/2014 pertumbuhannya akan positif, sekarang relatif rendah. Di ujung tahun akan terus dipush," ujarnya.

Gusti juga menilai pemerintah daerah harus meningkatkan belanja diujung tahun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kepri hingga akhir 2014 di tengah dampak kenaikan harga BBm bersubsidi sejak 18 November lalu.

Peningkatan harga BBM, lanjut Gusti, bisa memengaruhi penahahan kinerja pertumbuhan ekonomi setelah sebelumnya kenaikan itu juga mengerek laju inflasi lalu berujung menurunkan daya beli masyarakat.

Dari sisi investasi otoritas moneter juga memperkirakan akan tumbuh positif menjadi salah satu penguat pertumbuhan ekonomi. Namun, kondisi unjuk rasa yang terjadi belakangan juga perlu diwaspadai karena bisa menganggu kinerja investasi.

"Kondisi ini harus dijaga benar-benar, karena adanya aksi demo terus menerus juga bisa menimbulkan persepsi kurang baik," ujarnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4868 seconds (0.1#10.140)