Ini Alasan Cabai di Sulut Tembus Rp180.000/Kg

Jum'at, 12 Desember 2014 - 18:00 WIB
Ini Alasan Cabai di Sulut Tembus Rp180.000/Kg
Ini Alasan Cabai di Sulut Tembus Rp180.000/Kg
A A A
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Utara (Sulut) mengklaim, kebutuhan cabai masyarakat di Sulut sebanyak 600 ton per bulan.

"Sementara, produksi hanya 173 ton per bulan. Artinya, Sulut masih kekurangan stok 427 ton dari total kebutuhan/permintaan/bulan," ujar Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulut Hanny Wajong, Jumat (12/12/2014).

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Robert Winerungan mengatakan, data kebutuhan cabai 600 ton/bulan Disperindag perlu dikaji kembali. Sebab faktanya, rata-rata konsumsi cabai per kepala keluarga (KK) di Sulut itu tidak kurang dari 1 kg per minggunya.

"Contoh terkecil, data BPS Sulut mencatat 2,5 juta jiwa di Sulut. Misalkan, dari total penduduk dirata-ratakan dalam satu rumah itu terdapat lima orang saja. Maka hasilnya di Sulut terdapat 500.000 KK," ujarnya.

Dijelaskannya, Disperindag mencatat 600 ton kebutuhan cabai per bulan. Berarti dalam sebulan, per KK di Sulut hanya mengonsumsi 1,2 kg atau hanya sekira 1/4 kg/KK/minggu. Padahal survei (pengamat) di lapangan pada pedagang cabai, setiap rumah tangga itu membeli cabai tidak kurang dari 2 ons hingga 3 ons per hari. Artinya masyarakat mampu mengonsumsi 1 kg/KK bahkan lebih.

"Jika perhitungan Disperindag 1 kg/minggu/KK, berarti dalam sebulan itu kebutuhan 2.000 ton dari total penduduk. Itu baru masuk akal," jelasnya.

Dikatakannya, perhitungan ini baru KK, belum rumah makan, dan kos-kosan. Hitungan ini pun baru diambil dari konsumsi terendah, belum dihitung jika kebutuhan meningkat seperti saat ini jelan Natal dan Tahun Baru, yang bisa naik dua hingga tiga lipat dari kebutuhan normal.

Makanya tidak heran, cabai kerap menyumbang inflasi maupun deflasi di Sulut, sebab permintaan tidak sesuai dengan kebutuhan.

"Untuk keluar dari jangkar ini, tidaklah begitu sulit. Pemerintah cukup memanfaatkan lahan tidur untuk menanam cabai, demikian juga para KK sebaiknya pemerintah mengimbau untuk menanam cabai di pekarangan rumah tiga hingga lima pohon, agar kebutuhan beli bisa ditekan," ungkapnya.

Pedagang cabai Age Akili di Pasar Bersehati Manado mengatakan, sudah sebulan ini pasokan cabai lokal kosong. "Cabai yang masuk ke Manado saat ini hingga ke kabupaten/kota lainnya di Sulut, itu berasal dari Ternate, Surabaya, NTB, dan Makassar. Itupun sangat kurang. Makanya harga cabai saat ini bermain antara Rp120.000-Rp180.000/kg dari harga normalnya Rp24.000/kg," ungkapnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1571 seconds (0.1#10.140)