Penyebab Lambatnya Pertumbuhan Industri Padat Karya

Senin, 22 Desember 2014 - 19:21 WIB
Penyebab Lambatnya Pertumbuhan Industri Padat Karya
Penyebab Lambatnya Pertumbuhan Industri Padat Karya
A A A
JAKARTA - Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menuturkan beberapa penyebab lambatnya pertumbuhan industri padat karya di tanah air.

Selain proses birokrasi yang rumit, supply energi, proses liberalisasi, dan Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi alasan lambannya pertumbuhan industri padat karya.

Dia menilai, penyederhanaan birokrasi dan pemenuhan kebutuhan industri padat karya seperti energi, proses liberalisasi, dan SDM akan memberikan promosi kepada industri untuk tumbuh.

"Dengan memperlakukan industri dengan baik, maka itu akan jadi promosi. Selama ini hambatan masih banyak khususnya terjadi di dearah," kata Ade, Senin (22/12/2014).

Setidaknya ada tiga hambatan yang masih di rasakan investor dan pelaku usaha untuk membangun industri padat karya di Indonesia.

Pertama, penyediaan energi. Harga jual energi masih mahal, bahkan harga jual energi di Indonesia lebih mahal dari harga di pasar internasional. Selain itu, supply gas‎ di Jawa dan Sumatera masih minim.

Kedua, gerakan liberalisasi mandek. "Kita harus berhenti dari mimpi buruk perdagangan bebas dengan China. Semestinya, kita bisa mencari pasar komplementer, selain China, juga harus menembus pasar lain seperti AS," jelasnya‎.

Saat ini, untuk industri tekstil Indonesia masih memperoleh USD12,7 miliar atau 1,8% dari potensi USD711 miliar secara global.

"Vietnam bahkan lebih baik, mereka memiliki satu komando, iklim politik yang baik, sehingga keputusan lebih cepat. Selama ini Vietnam juga tergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP) dengan AS. Sehingga pajak masuk produk Vietnam ke AS lebih rendah," terang Ade.

Ketiga, SDM dalam negeri kebanyakan lulusan SMP. Karena itu harus ada perubahan UU ketenagakerjaan.

Lulusan SMP menurut UU belum diizinkan untuk bekerja. Padahal, menurut riset, tenaga penganggur kebanyakan lulusan SMP. Sebab itu tenaga kerja sebaiknya dimulai pada 17 tahun.

"Dalam padat karya, skill yang dibutuhkan tidak rumit. Saat ini industri tekstil telah membuka pelatihan di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Para pekerja dilatih, kemudian bisa ditempatkan di lapangan pekerjaan sesuai umurnya.," tutup Ade.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6964 seconds (0.1#10.140)