Separuh Penduduk Indonesia Masuk Kategori Miskin

Rabu, 18 Maret 2015 - 18:29 WIB
Separuh Penduduk Indonesia Masuk Kategori Miskin
Separuh Penduduk Indonesia Masuk Kategori Miskin
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi nasional melalui produk domestik bruto (PDB) hanya dinikmati golongan menengah atas, hal ini menyebabkan ketimpangan sosial kian melebar.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Institut Bisnis Indonesia (IBI) Kwik Kian Gie, jika mengacu pada Bank Dunia yang menyatakan bahwa ukuran masyarakat miskin atau tidak adalah pengeluaran di bawah USD2 atau setara Rp26.000 (Rp13.000/USD) per hari per orang. Maka 50% masyarakat Indonesia masuk dalam kategori miskin.

"Parameter lain yang menunjukan betapa timpangnya antara kaya dan miskin di Indonesia juga ditunjukan oleh gini ratio sebesar 0,43% tahun lalu," kata dia saat menghadiri seminar bertema 'Ironi Pembangunan Ekonomi: Kesenjangan Sosial Melebar' di Jakarta, Rabu (18/3/2015).

Gini ratio menggunakan skala 0-1, di mana 0 adalah tidak ada kesenjangan sosial di masyarakat dan 1 adalah kesenjangan sosial mencapai titik maksimal. Salah satu penyebab mengapa orang tidak memperdulikan adanya kesenjangan antara kaya dan miskin adalah obsesinya tentang PDB.

"PDB adalah barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia tanpa memperdulikan siapa yang membuatnya dan siapa yang memilikinya," terang dia.

Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Keuangan, dan Industri era Presiden Megawati ini juga menjelaskan, dengan demikian PDB yang terbentuk bisa dimiliki orang atau perusahaan asing. Tentu saja ini, hanya dinikmati segelintir orang Indonesia, tanpa rakyat yang banyak menikmatinya.

"Kemiskinan di Indonesia sudah melampaui batas kemanusiaan, tidak hanya di daerah, kota besar seperti Jakarta bisa terlihat pemukiman kumuh dibelakang bangunan bertingkat," ungkapnya.

Salah satu penyebab ketimpangan ekonomi yang besar, kata Kwik, yaitu adanya sistem ekonomi liberal di Indonesia. Pada akhirnya hanya tertinggal beberapa pemain besar dengan kapital yang besar pula. Dengan kekuasaannya, mereka bisa mempekerjakan buruh dengan gaji sewenang-wenang.

"Ketimpangan antara kaya miskin selalu terjadi dalam sistem ekonomi liberal yang sifatnya adalah persaingan bebas," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2587 seconds (0.1#10.140)