BEI Berikan Pengetahuan tentang Pasar Modal

Rabu, 25 Maret 2015 - 04:01 WIB
BEI Berikan Pengetahuan tentang Pasar Modal
BEI Berikan Pengetahuan tentang Pasar Modal
A A A
JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menggelar sekolah pasar modal (SPM) dan sekolah pasar modal syariah (SPMS) 2015 di kantor BEI yang tersebar di 17 kota seluruh Indonesia. BEI berharap dengan mengikuti SPM dan SPMS, masyarakat akan semakin cerdas dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Direktur Pengembangan BEI, Friderica Widyasari Dewi mengemukakan, SPM dan SPMS memberikan informasi dan pengetahuan yang menyeluruh kepada masyarakat terkait pasar modal.

"SPM dan SPMS terbagi ke dalam dua level. Level 1 ditujukan untuk masyarakat umum yang ingin mengetahui atau ingin memperdalam investasi pasar modal. Sedangkan level 2 ditujukan untuk investor yang ingin meningkatkan kemampuan serta pengetahuan tentang investasi saham,” ujar Friderica di BEI, Jakarta, Selasa (24/3/2015).

SPM dijadwalkan setiap hari Rabu atau Kamis dari pukul 09.00-16.00. Sementara SPMS diadakan satu kali setiap bulannya pada Sabtu dari pukul 09.00-16.00. Peserta SPMS dapat menjajal langsung simulasi transaksi saham syariah menggunakan Syariah Online Trading System (SOTS).

SPM dan SPMS diselenggarakan oleh tiga badan regulasi (self-regulatory organization/SRO) bursa, yakni BEI, PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sental Efek Indonesia (KSEI). Edukasi semacam ini telah rutin dilaksanakan sejak 2006 untuk SPM dan 2010 untuk SPMS.

SPM didukung oleh 12 anggota bursa (AB) atau naik dibandingkan jumlah mitra tahun lalu, (sembilan AB). Keduabelas AB tersebut, yakni PT Asjaya Indosurya Securities, PT Bahana Securities, PT CIMB Securities Indonesia, lalu PT Danareksa Sekuritas.

Kemudian PT Henan Putihrai, PT Indo Premier Securities, PT Kresna Graha Sekurindo Tbk, PT Maybank Kim Eng, PT Mega Capital Indonesia, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Phillip Securities Indonesia, dan PT RHB OSK Securities Indonesia.

Sebelumnya, Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Darmansyah Hadad menyatakan, pemahaman masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal masih perlu ditingkatkan.

Hal ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang justru mengandalkan permodalan perbankan (bank based) dibandingkan permodalan dari pasar diluar perbankan (market based).

“Pergeseran dari bank based menuju market based sebenarnya perlahan terjadi selama dua puluh tahun terakhir. Namun di Indonesia masih cenderung bank based permodalannya dibandingkan market based. Presentasenya masih 70% berbanding 30%,” terang Muliaman.

Dia menyayangkan hal tersebut karena sebenarnya permodalan bank based lebih sesuai untuk pendanaan jangka pendek.

“Industri perbankan sekarang highly regulated tidak sebebas dulu. Sehingga, dukungan untuk beralih ke pasar modal adalah suatu kebutuhan. Pemahaman masyarakat akan hal tersebut yang harus terus ditingkatkan,” tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8449 seconds (0.1#10.140)