Harga Minyak Dunia Kembali Turun di Tengah Perang Yaman

Jum'at, 27 Maret 2015 - 17:44 WIB
Harga Minyak Dunia Kembali Turun di Tengah Perang Yaman
Harga Minyak Dunia Kembali Turun di Tengah Perang Yaman
A A A
LONDON - Harga minyak dunia kembali turun lebih dari USD1 per barel pada Jumat (27/3/2015) sore, karena kekhawatiran atas ancaman gangguan pasokan di Timur Tengah mereda, menyusul serangan udara yang dipimpin Arab Saudi di Yaman.

Dilansir dari Reuters, Jumat (27/3/2015), Goldman Sachs mengatakan, pemboman di Yaman memiliki sedikit efek pada pasokan minyak karena negara itu hanya eksportir kecil dan kapal tanker bisa menghindari melewati perairan negara itu untuk mencapai tujuan pelabuhan.

Minyak mentah Brent Nort Sea turun USD1,05 di level USD58,14 per barel pada pukul 09.20 GMT setelah memukul intraday rendah USD57,76. Sementara minyak mentah AS (WTI) turun USD1,05 di angka USD50,38 per barel.

Harga minyak sempat melonjak sekitar 5% pada Kamis (27/3/2015), sebagai kenaikan harian terbesar dalam sebulan, setelah serangan udara Arab Saudi dan sekutunya di Yaman. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa eskalasi pertempuran di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak mentah dunia.

Koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan serangan udara besar pada Jumat terhadap sasaran-sasaran di Ibukota Yaman, Sanaa, yang dikendalikan pejuang Syiah Houthi yang bersekutu dengan Iran.

Kekhawatiran atas kemungkinan dampak dari ketegangan geopolitik di Selat Bab el-Mandeb, penutupan yang dapat mempengaruhi 3,8 juta barel per hari (bph) minyak mentah, menempatkan harga minyak di jalur kenaikan mingguan.

Brent menuju kenaikan kenaikan mingguan 5%, sebagai kenaikan terbesar sejak awal Februari. Sementara minyak mentah AS melompat 10%, terbesar sejak awal 2011.

Jonathan Barratt, kepala investasi di Ayers Alliance menilai, jika pertempuran di Yaman menjadi konflik regional harga minyak bisa terus naik. "Sekarang pasar mempertanyakan bagaimana (dampak) berkelanjutan geopolitik pada harga minyak," kata Barratt.

Yaman sendiri adalah produsen minyak yang sangat kecil, dengan output sekitar 145.000 barel per hari pada tahun 2014.

Dampak yang lebih besar di Timur Tengah terhadap harga minyak mungkin berasal dari kesepakatan nuklir Iran dengan AS, yang dapat melonggarkan sanksi Barat terhadap Teheran dan meningkatkan ekspor cadangan minyak.

"Dengan potensi 30 juta barel yang disimpan di luar negeri, dengan cepat bisa membanjiri pasar minyak sudah jenuh," kata analis minyak ANZ dalam sebuah catatan kepada klien.

Di sisi lain, Goldman Sachs dan ANZ mengatakan kesepakatan nuklir Iran tidak mungkin menyebabkan ekspor minyak Iran lebih tinggi sebelum paruh kedua tahun ini.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4286 seconds (0.1#10.140)