Pendapatan Non-Aeronautika AP I Naik 337%
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Angkasa Pura I (AP I) Tommy Soetomo menuturkan bahwa pendapatan non-aeronautika perseroan dalam empat tahun melonjak 337%.
Menurutnya, untuk mendorong pendapatan dari sektor tersebut, perseroan telah melakukan transformasi di tiga bandara yang dikelolanya.
Ketiga bandara utama AP I yaitu Bandara Internasional Juanda Surabaya, Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali telah selesai dikembangkan tahun lalu.
"Pembenahan ketiga alat produksi tersebut telah memberikan hasil nyata, yaitu adanya peningkatan pendapatan yang sangat signifikan khususnya pendapatan non-aeronautika yang meningkat 337% selama kurun waktu 2010 hingga 2014, atau rata-rata bertumbuh 84% per tahun," kata Tommy dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (12/5/2015).
Sejak 2010, manajemen Angkasa Pura Airports bertekad memperbaiki pendapatan yang tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif. Hal ini tampak dari perbaikan struktur bisnis perusahaan, dengan menjadikan pendapatan non-aeronautika sebagai kontributor penting.
"Secara bertahap, kami tidak terlalu bergantung pada pendapatan sektor aeronautika yang bertumpu pada tarif, seperti airport charges," ungkap Tommy.
Pada 2014, pendapatan non-aeronautika tercatat Rp1,9 triliun naik 79% dari Rp1,1 triliun pada 2013. Hal ini mendorong peningkatan laba operasi sebesar 70% dari Rp693 miliar pada 2013 menjadi Rp1,1 triliun pada tahun lalu.
Penguatan bisnis non-aeronautika juga dilakukan dengan pembentukan lima anak perusahaan, yaitu Angkasa Pura Hotel, Angkasa Pura Property, Angkasa Pura Logistik Supports, dan Angkasa Pura Retail. Hingga akhir 2014, pendapatan operasional anak-anak perusahaan telah mencapai Rp641 miliar.
Proporsi pendapatan non-aeronautika AP I saat ini telah mencapai 43% dari total pendapatan, jauh meningkat dibanding tahun 2010. Dengan proporsi demikian, maka perseroan telah memposisikan bandaranya setara dengan best practices bandara-bandara terbaik di dunia.
"Mengingat pada prakteknya, bandara-bandara terbaik di dunia memiliki proporsi pendapatan dari sektor non-aeronautika sedikitnya sebesar 40%," jelas Tommy.
Menurutnya, untuk mendorong pendapatan dari sektor tersebut, perseroan telah melakukan transformasi di tiga bandara yang dikelolanya.
Ketiga bandara utama AP I yaitu Bandara Internasional Juanda Surabaya, Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali telah selesai dikembangkan tahun lalu.
"Pembenahan ketiga alat produksi tersebut telah memberikan hasil nyata, yaitu adanya peningkatan pendapatan yang sangat signifikan khususnya pendapatan non-aeronautika yang meningkat 337% selama kurun waktu 2010 hingga 2014, atau rata-rata bertumbuh 84% per tahun," kata Tommy dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (12/5/2015).
Sejak 2010, manajemen Angkasa Pura Airports bertekad memperbaiki pendapatan yang tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif. Hal ini tampak dari perbaikan struktur bisnis perusahaan, dengan menjadikan pendapatan non-aeronautika sebagai kontributor penting.
"Secara bertahap, kami tidak terlalu bergantung pada pendapatan sektor aeronautika yang bertumpu pada tarif, seperti airport charges," ungkap Tommy.
Pada 2014, pendapatan non-aeronautika tercatat Rp1,9 triliun naik 79% dari Rp1,1 triliun pada 2013. Hal ini mendorong peningkatan laba operasi sebesar 70% dari Rp693 miliar pada 2013 menjadi Rp1,1 triliun pada tahun lalu.
Penguatan bisnis non-aeronautika juga dilakukan dengan pembentukan lima anak perusahaan, yaitu Angkasa Pura Hotel, Angkasa Pura Property, Angkasa Pura Logistik Supports, dan Angkasa Pura Retail. Hingga akhir 2014, pendapatan operasional anak-anak perusahaan telah mencapai Rp641 miliar.
Proporsi pendapatan non-aeronautika AP I saat ini telah mencapai 43% dari total pendapatan, jauh meningkat dibanding tahun 2010. Dengan proporsi demikian, maka perseroan telah memposisikan bandaranya setara dengan best practices bandara-bandara terbaik di dunia.
"Mengingat pada prakteknya, bandara-bandara terbaik di dunia memiliki proporsi pendapatan dari sektor non-aeronautika sedikitnya sebesar 40%," jelas Tommy.
(izz)