Menkeu Beberkan Strategi Perbaiki Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro membeberkan strategi pemerintah untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang sempat melempem pada kuartal I/2015 atau tumbuh 4,7%.
Dia mengatakan, pemerintah akan lebih fokus pada stabilitas makroekonomi, memperkuat struktur budget di sektor diil dan investasi untuk memperbaiki posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menjaga defisit current account meskipun pada saat yang sama pemerintah menghadapi penurunan harga komoditas dan minyak dunia.
"Kita juga mengupayakan pengurangan defisit neraca jasa dan pendapatan, misalnya dengan mengeluarkan insentif fiskal untuk industri yang memproduksi barang intermediate, perusahaan yang mereinvestasi dividennya ke dalam negeri dan memperkuat industri reasuransi dan perkapalan," ucapnya dalam acara Indonesia Economic Outlook 2015 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Menurutnya, pemerintah juga akan memperbaiki struktur belanja APBN dengan mengarahkannya ke sektor yang lebih produktif. Namun hal tersebut dengan catatan, tetap menjaga defisit fiskal di level yang tertata (manageable).
"Pemotongan subsidi telah direalokasikan untuk belanja modal dan program kesejahteraan sosial," imbuh dia.
Selain itu, pemerintah juga meningkatkan kepatuhan pajak dan memperluas basis pajak. Baru-baru ini, pemerintah memperkenalkan kebijakan reinventing yang mirip dengan kebijakan sunset policy yang pernah diberlakukan pada 2008-2009, yang kerap disebut sunset policy jilid II.
"Wajib pajak diberikan kesempatan untuk memperbaiki datanya selama lima tahun ke belakang tanpa dikenai denda (bunga). Bedanya dengan sunset policy, reinventing, sekarang petugas dirjen pajak punya data verifikasi yang lebih ekstensif," jelas Bambang.
Mantan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) ini mengungkapkan, defisit fiskal juga ditetapkan pada level 1,9% dari PDB yang dibiayai dari penerbitan obligasi negara, serta pinjaman bilateral dan multilateral.
"Pemerintah juga telah menerbitkan obligasi berdenominasi dolar AS, global sukuk, obligasi Euro dan samurai (yen). Penjualan sukuk global baru-baru ini mencapai USD2 miliar dengan yield terendah 4,35% bertenor 3 tahun. Ini mengalami oversubscribe sebanyak 3,4 kali dari booking USD6,8 miliar oleh 204 investor," tutur dia.
Strategi lainnya, sambung Menkeu, dengan mempercepat pembangunan dan mengoptimalkan peran BUMN sebagai agen perubahan. "Sekitar Rp67 triliun tahun ini dialokasikan untuk PMN mayoritas untuk sektor infrastruktur," tandasnya.
Dia mengatakan, pemerintah akan lebih fokus pada stabilitas makroekonomi, memperkuat struktur budget di sektor diil dan investasi untuk memperbaiki posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menjaga defisit current account meskipun pada saat yang sama pemerintah menghadapi penurunan harga komoditas dan minyak dunia.
"Kita juga mengupayakan pengurangan defisit neraca jasa dan pendapatan, misalnya dengan mengeluarkan insentif fiskal untuk industri yang memproduksi barang intermediate, perusahaan yang mereinvestasi dividennya ke dalam negeri dan memperkuat industri reasuransi dan perkapalan," ucapnya dalam acara Indonesia Economic Outlook 2015 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Menurutnya, pemerintah juga akan memperbaiki struktur belanja APBN dengan mengarahkannya ke sektor yang lebih produktif. Namun hal tersebut dengan catatan, tetap menjaga defisit fiskal di level yang tertata (manageable).
"Pemotongan subsidi telah direalokasikan untuk belanja modal dan program kesejahteraan sosial," imbuh dia.
Selain itu, pemerintah juga meningkatkan kepatuhan pajak dan memperluas basis pajak. Baru-baru ini, pemerintah memperkenalkan kebijakan reinventing yang mirip dengan kebijakan sunset policy yang pernah diberlakukan pada 2008-2009, yang kerap disebut sunset policy jilid II.
"Wajib pajak diberikan kesempatan untuk memperbaiki datanya selama lima tahun ke belakang tanpa dikenai denda (bunga). Bedanya dengan sunset policy, reinventing, sekarang petugas dirjen pajak punya data verifikasi yang lebih ekstensif," jelas Bambang.
Mantan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) ini mengungkapkan, defisit fiskal juga ditetapkan pada level 1,9% dari PDB yang dibiayai dari penerbitan obligasi negara, serta pinjaman bilateral dan multilateral.
"Pemerintah juga telah menerbitkan obligasi berdenominasi dolar AS, global sukuk, obligasi Euro dan samurai (yen). Penjualan sukuk global baru-baru ini mencapai USD2 miliar dengan yield terendah 4,35% bertenor 3 tahun. Ini mengalami oversubscribe sebanyak 3,4 kali dari booking USD6,8 miliar oleh 204 investor," tutur dia.
Strategi lainnya, sambung Menkeu, dengan mempercepat pembangunan dan mengoptimalkan peran BUMN sebagai agen perubahan. "Sekitar Rp67 triliun tahun ini dialokasikan untuk PMN mayoritas untuk sektor infrastruktur," tandasnya.
(izz)