Balloon Payment

Minggu, 31 Mei 2015 - 10:55 WIB
Balloon Payment
Balloon Payment
A A A
Meringkas tulisan minggu lalu, perpetuitas biasa adalah anuitas biasa dengan periode tak terhingga.

Perbedaan anuitas biasa dan perpetuitas biasa hanyalah dalam jumlah periodenya, yang satu terbatas dan yang lainnya tidak terbatas, sementara tiga atau empat variabel lainnya sama yaitu A (arus kas), i (suku bunga), PV (present value atau nilai sekarang), dan FV (future value atau nilai akan datang).

Rangkaian arus kas disebut biasa untuk membedakannya dari yang ditunda, di muka, dan bertumbuh. Nilai sekarang (PV) digunakan untuk aplikasi utang-berutang dan valuasi, sementara nilai akan datang (FV) untuk perencanaan keuangan. Biasanya, salah satu dari kedua variabel ini (PV dan FV) ini nol sehingga soal tipikalnya adalah diberikan tiga variabel, kita diminta untuk menghitung variabel yang keempat.

Aplikasi PV

Empat aplikasi utama PV adalah untuk mencari nilai variabel keempat yaitu A, PV, i, atau n, diberikan tiga variabel (A, PV, i, dan n) lainnya. Aplikasi pertama, diberikan besarnya utang (PV), suku bunga (i), dan periode (n), kita ingin menghitung angsuran yang harus dibayar (A). Contoh soalnya, berapakah angsuran bulanan selama 10 tahun untuk KPR Rp800 juta berbunga 12% p.a.? Rp11,48 juta. Kedua, diberikan tiga variabel A, n, dan i, ditanyakan PV.

Berapakah uang yang harus disetorkan hari ini (PV) agar seseorang dapat mengambil Rp5 juta (A) per bulan selama 5 tahun (n) jika bunga yang diperoleh adalah 6% p.a. (i)? Rp258,63 juta. Ketiga, diberikan tiga variabel lainnya, diminta menghitung i. Berapakah bunga efektif jika utang sebesar Rp100 juta dilunasi dengan 12 kali angsuran bulanan Rp10 juta mulai bulan depan? 35,1%. Terakhir, mencari n diketahui A, PV, dan i. Dalam berapa kali angsuran bulanan Rp2 juta utang sebesar Rp100 juta dapat dilunasi jika bunga sebesar 15% p.a.? 79 angsuran.

Aplikasi FV

Sama seperti PV, ada empat aplikasi utama FV yaitu mencari variabel keempat dengan diberikan tiga variabel. Pertama, diberikan tujuan keuangan (FV), periode setoran (n), dan bunga atau return (i), ditanyakan besar setoran (A). Contohnya, berapakah setoran bulanan selama 5 tahun harus dilakukan seseorang untuk dapat memiliki Rp250 juta jika dia dapat mempero l e h yield 0,75% per bulan? Rp3,3 juta. Kedua, diberikan periode, bunga, dan setoran periodik, ditanyakan FV.

Soalnya, berapakah total uang yang akan dimiliki seorang PNS yang dapat menyisihkan Rp3 juta setiap bulan dalam reksa dana selama 10 tahun jika return investasinya 1% setiap bulan? Rp690,1 juta. Ketiga, mencari bunga diberikan tiga variabel lainnya.

Berapakah yield efektif yang diberikan sebuah produk investasi yang mensyaratkan setoran bulanan Rp4 juta setiap bulan selama 8 tahun untuk menjadi Rp500 juta? 0,53% per bulan atau 6,4% p.a. Aplikasi terakhir FV adalah menghitung n. Berapa kali setoran bulanan Rp5 juta harus dilakukan untuk meraih Rp500 juta jika return yang diperoleh 0,75% per bulan? Sekitar 75 kali setoran bulanan.

Aplikasi Kelima PV
Dalam empat aplikasi PV, nilai FV selalu diasumsikan nol sehingga tidak disebutkan. Dalam urusan utang, ini berarti utang akan lunas sepenuhnya atau saldo utang menjadi 0 setelah angsuran terakhir. Inilah praktik lazim pelunasan utang dengan angsuran.

Sejatinya, ada alternatif lain pelunasan utang yang disebut balloon payment atau bullet payment. Jika sebelumnya tidak ada variabel FV atau variabel ini bernilai nol untuk aplikasi PV, dalam balloon payment, saldo utang setelah angsuran terakhir (FV) tidak nol. Dengan kata lain, empat variabel diberikan dan kita ingin menghitung yang kelima.

Melanjutkan contoh KPR Rp800 juta di atas dengan angsuran bulanan Rp11,48 juta, mungkin saja pemohon merasa tidak mampu untuk mengangsur sebesar itu karena penghasilannya hanya Rp25 juta per bulan. Alternatif pertama yang tersedia adalah dia memperpanjang tenor menjadi 15 atau 20 tahun sehingga angsuran menjadi Rp9,6 juta dan Rp8,8 juta masing-masing.

Namun, jika dia tidak bersedia untuk berutang selama ini, masih ada pilihan lain yaitu mengambil balloon payment. Angsuran bulanan yang dibayarkan akan lebih rendah tetapi tidak melunasi seluruh utang atau akan menyisakan saldo tertentu utang yang harus diselesaikan pada akhir periode angsuran.

Sumber dana nanti mungkin saja dari warisan atau jual aset yang ada atau sumber lainnya. Jika kita asumsikan dia bersedia dan akan mampu untuk membayar Rp300 juta pada akhir tahun ke-10, besar angsuran menjadi Rp10,17 juta. Dari mana kita memperoleh angka itu adalah dengan meng-input PV = Rp800 juta, FV = -Rp300 juta, n = 120, dan i = 1% jika menggunakan Excel atau kalkulator finansial.

Jika hanya ada kalkulator ilmiah, kita perlu menghitung terlebih dahulu nilai sekarang dari Rp300 juta 10 tahun lagi. Kemudian kita mengurangkan Rp800 juta dengan nilai sekarang ini untuk mendapatkan PV baru, n tetap 120, dan i juga tetap 1%. Saat ini sayangnya hanya ada 1-2 bank di negeri kita ini yang menawarkan balloon payment ini.

Aplikasi Kelima FV

Dalam empat aplikasi FV, nilai PV diasumsikan nol sehingga tidak dinyatakan. Dalam urusan perencanaan keuangan, ini berarti akumulasi dana dimulai tanpa saldo awal atau nol. Jika ternyata ada saldo awal tertentu yang tidak sama dengan nol, kita akan mempunyai empat variabel yang dapat digunakan menghitung yang kelima. Dalam contoh setoran bulanan selama lima tahun untuk memperoleh Rp250 juta dengan yield 0,75% di atas, jika ada saldo awal Rp50 juta, setoran menjadi berkurang yaitu cukup sebesar Rp2,28 juta.

Dengan menggunakan Excel dan kalkulator finansial, kita hanya meng-input empat variabel di atas. Namun dengan kalkulator ilmiah, kita harus menghitung nilai akan datang dari Rp50 juta hari ini dan menguranginya dari Rp250 juta untuk mendapatkan saldo FV baru yang menjadi tujuan.

BUDI FRENSIDY
Staf Pengajar FEUI dan Perencana Keuangan, www.fund-and-fun.com @BudiFrensidy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8303 seconds (0.1#10.140)